TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proyek kereta cepat akan dibayai sebagian besar oleh China Development Bank.
Dalam skema pembagiannya 75 persen dan sisanya ekuitas dua perusahaan konsorsium dari PT Pilar Sinergi BUMN dan PT China Railways International Co, Ltd.
"Sebesar 75 persen dari China Development Bank. Semua finalisasi penandatanganan pada November," ujar Ketua Konsorsium Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Bintang Perbowo di Jakarta, Jumat, (16/10/2015).
Bintang memaparkan pembangunan bisa dimulai awal tahun 2016 dan ditargetkan selesai pada 2018. Sedangkan pengoperasian pada kuartal I 2019. "Target kami sesuai kesepakatan bersama antara konsorsium BUMN dan Tiongkok," jelas Bintang.
Sementara itu Chairman PT Pilar Sinergi BUMN Sahala Lumban Gaol memaparkan tahap awal akan melakukan pembebasan lahan. Hal yang perlu dilakukan melakukan koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat agar bisa mempercepat pembebasan lahan.
"Kita izin trase ke instansi terkait," ungkap Sahala.
Dalam skema perusahaan patungan di PT Pilar Sinergi BUMN terdiri atas empat perusahaan BUMN. Dalam pembagiannya PT Wijaya Karya mendapat jatah ekuitas 38 persen, PT Jasa Marga 12 persen, PT KAI 25 persen, dan PT Perkebunan Nusantara VII 25 persen.
Pada pelaksanaannya Tiongkok mendapat jatah 40 persen dan 60 persen milik pemerintah Indonesia melalui perusahaan patungan PT Pilar Sinergi BUMN.