TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sejumlah negara berpendapatan menengah dinilai gagal keluar dari krisis.
Hal ini disebabkan negara-negara tersebut terkenah middle income trap. Sehingga negara-negara tersebut gagal melakukan transformasi.
Demikian diutarakan Menteri Koordiator Bidang Perekonomian Indonesaia, Darmin Nasution saat membuka Sidang Dewan Pleno I dan Munasus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di Hotel JW Marriot Surabaya, Sabtu (7/11/2015).
Darmin mengatakan, banyak negara berpendapatan menengah terperangkap dan tidak sanggup naik kelas menjadi negara maju. Salah satu penyebabnya adalah karena ketidakmampuannya melakukan transformasi ekonomi melalui inklusi keuangan.
"Dan tanda-tanda tersebut juga ada pada Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan transformasi ekonomi. Ada sebuah program yang kami siapkan bersama Bank Indonesia, Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan, yaitu yang disebut financial inclussion," kata Darmin dihadapan sekitar 1500 pengusaha muda Hipmi.
Darmin mengatakan, financial Inclussion atau inklusi keuangan merupkan program keterbukaan akses keuangan bagi masyarakat luas. Sebab, sejauh ini akses keuangan, khususnya permodalan bagi masyarakat ataupun Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih sangat sulit. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi ketimpangan, kemiskinan, dan ketidakadilan ekonomi di tengah-tengah masyarakat.
"Sementara deregulasi dan debirokrasi yang telah kita lakukan adalah bagian untuk membuka ruang lebih lebar untuk sebuah perubahan besar. Hanya sebuah cara untuk membuka potensi kita yang sebenarnya ada tetapi dipersulit oleh birokrasi," kata Darmin.
Selain menyiapkan program inklusi keuangan, Darmin juga meminta pengusaha muda terjun dalam bisnis pemasaran produk UMKM, caranya dengan berbisnis sebagai agregator. Pasalnya sejauh ini kelemahan UMKM adalah disisi pemasaran, terlebih Masyarakat Ekonomi Asean sudah di depan mata.