Sementara untuk satu lini bisnis lagi yakni perhotelan, Dyandra Media nampaknya tak berharap banyak.
Perusahaan berkode DYAN di Bursa Efek Indonesia tersebut menargetkan pendapatan terkecil dibandingkan dengan tiga lini bisnis lain, yakni sebanyak Rp 77,6 miliar.
Dyandra Media memastikan tak akan menambah hotel tahun ini. Pertimbangan mereka ingin memperbaiki ekuitas.
Sementara pembangunan hotel baru justru akan membikin utang membengkak.
Alih-alih menambah hotel, Dyandra Media malah berencana menjual delapan aset di bisnis ini, yakni empat hotel dan empat tanah.
Alasan penjualan empat hotel yakni tingkat okupansi yang tak kunjung memuaskan.
Menurut Dyandra Media, kinerja hotel yang tak bagus justru akan mempengaruhi kinerja mereka secara keseluruhan.
"Kalau EO bagus tapi hotelnya rendah kan secara buku enggak bagus, ini mempengaruhi keseluruhan," beber Daswar.
Dyandra Media akan merealisasikan penjualan aset secara bertahap. Pada semester I tahun ini, mereka akan menjual dua hotel dan dua tanah.
Dua hotel tersebut yaitu Santika di Kelapa Gading, Jakarta dan Santika di Pekalongan, Jawa Tengah.
Sementara tanah yang akan mereka jual adalah aset di Jalan T. B. Simatupang, Jakarta Selatan. Dua aset tanah tersebut masing-masing milik Hotel Santika dan Hotel Amaris.
Lantas, pada semester II-2016, Dyandra Media akan menjual dua hotel Amaris yang terletak di Pekanbaru, Riau dan Bali.
Sementara tanah yang akan mereka jual adalah aset tanah milik Hotel Santika Benoa dan Hotel Santika Pratama.
Sejauh ini, proses penjualan aset sudah mulai memasuki tahap penjajakan. Hanya, manajemen Dyandra Media masih merahasiakan calon pembeli serta potensi pendapatan atas penjualan aset-aset tersebut di tahun ini. (RR Putri Werdiningsih)