TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Bank Indonesia (BI) mengaku akan berhati-hati dengan aliran dana panas alias hot money ke dalam negeri. Karena akan ada potensi terjadi momentum berbalik arah secara tiba-tiba.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, hingga akhir Februari lalu, jumlah hot money dari luar negeri mencapai Rp 35 triliun. Dana-dana itu masuk ke pasar saham dan pasar surat berharga negara (SBN). Namun, Agus tidak menyebutkan berapa dana yang masuk ke masing-masingnya.
Namun, potensi berbalik arah bisa saja datang tidak terduga karena berbagai hal. Misalnya, karena aksi ambil untung atau profit taking. Seperti pada minggu ke-4 Februari lalu, ada reversal sekitar Rp 1,9 triliun," ujar Agus, Jumat (4/3) di Jakarta.
Sebetulnya aliran dana yang masuk dalam bulan terakhir itu masih lebih kecil dibandingkan dana yang masuk pada periode sama tahun 2015. namun, potensi reversal akan berbahaya jika dibiarkan. Terlebih, dampaknya akan mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Pada Januari-Februari saja, gara-gara ada dana masuk tadi nilai tukar mata uang garuda telah menguat 3%. Oleh karenanya, sejumlah langkah harus disiapkan untuk mengantisipasi.
Antara lain, dengan menjaga sentimen dalam negeri agar tetap baik. Misalnya, dari sisi current account defisit (CAD) diharapkan jangan melebar terlalu besar. BI melihat ada potensi CAD melebar, jika impor meningkat.
Apalagi, pemerintah memeang sedang gencar mendorong pembangunan infrastruktur yang bisa mendongkrak impor barang modal. Selama impor barang modal seih, menurut Agus tidak masalah karena itu datang dalam bentuk aset dan bisa memutar roda ekonomi di masa mendatang.
BI memperkirakan CAD pada tahun 2016 ini akan mencapai 2,7%.
Ekonom Bank Central Asia david Sumual mengatakan, untuk menjaga current account defisit harus diperhatikan barang-barang konsumsi. Jangan sampai impor barang konsumsi meningkat. Oleh karenanya kebutuhan konsumsi dalam negeri harus didorong dari produksi dalam negeri.
Reporter Asep Munazat Zatnika