TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai investasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung mengalami penurunan. Pada awalnya nilai investasi mencapai 5,5 juta dollar AS dirubah menjadi 5,135 juta dollar AS
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Hanggoro Budi Wiryawan menjelaskan terjadi penurunan nilai investasi karena perubahan jarak pembangunan. Semula proyek tersebut akan dibangun dari Gambir menuju Tegal Luar, namun karena ada berbagai hambatan lahan Kereta Cepat dimulai dari Halim.
"Awalnya kita hitung dari Gambir sampai Bandung tapi sekarang kan mulai dari Halim," ujar Hanggoro usai penandatanganan konsesi di kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu (16/3/2016).
Proyek Kereta dengan panjang 142,3 km untuk ruas Halim-Tegal Luar tidak ada masalah di wilayah Cikunir. Meski pembangunannya berdekatan dengan proyek Light Rapid Transit (LRT) yang dibangun PT Adhi Karya (persero) Tbk, namun bukan Kereta Cepat yang pindah lokasi.
Hanggoro menjelaskan dengan biaya sebanyak itu, sudah menutupi kompensasi untuk pemakaian tanah yang awalnya akan dibangun LRT di Cikunir.
"Kita memperhitungkan tanah di Cikunir yang harus kita bebaskan untuk LRT dan tanah kompensi yang kita siapkan untuk penggunaan tanah hutan produksi di karawang," kata Hanggoro.
Untuk diketahui masa konsesi selama 50 tahun sejak 31 Mei 2019, dan tidak dapat diperpanjang (kecuali dalam keadaan kahar). Pendanaan proyek didanai oleh pihak ketiga dan hak penyelenggaraan dijadikan jaminan. Sedangkan semua enyelesaian perselisihan akan diselesaikan melalui Singapore International Arbitration Centre.
Pada pelaksanaannya Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan melewati ruas Halim-Karawang-Walini-Tegal Luar. Kereta yang memiliki panjang 142,3 km (km) investasinya mencapai 5,135 juta dollar AS.