TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengusaha makanan di Surabaya, Jawa Timur mendapatkan manfaat penggunaan gas bumi yang didistribusikan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS).
Satu di antaranya, Ari Siswanto yang bergelut di bisnis pembuatan lontong dan telah menggunakan gas PGN untuk kegiatan produksi lontong sejak dua tahun lalu.
Ari mengatakan, dalam sehari produksi mencapai 1.000 lontong, dimana sebelum memakai gas PGN menggunakan gas elpiji 3 kilogram.
Dalam sehari, kata Ari, membutuhkan empat gas elpiji dengan harga sekitar Rp 70 ribu, alhasil dalam sebulan mengeluarkan uang sebesar Rp 2,1 juta hanya untuk bahan bakar memasak.
"Waktu pakai gas 3 kilo gram sebulan keluarkan uang sebanyak Rp 2,1 juta," kata Ari saat dihubungi, Jakarta, Rabu (27/4/2016).
Sementara setelah memakai gas PGN, Ari mengaku ongkos produksinya lebih hemat signifikan, karena dalam sebulan hanya mengeluarkan uang sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 900 ribu.
"Jauh bedanya dari sebelumnya Rp 2,1 juta, sekarang paling mahal Rp 900 ribu dalam sebulan," tutur Ari.
Ari menjelaskan, produksi lontong dilakukan setiap hari dan membutuhkan waktu 10 jam untuk memastikan lontong tersebut matang.
Selain hemat biaya, gas PGN tidak merusak rasa lontong karena tidak mengeluarkan bau dan api yang dikeluarkan lebih merata.
"Keamanan juga lebih aman gas PGN dibanding gas tabung yang kadang suka bocor karena karetnya, kalau gas PGN kan pakai seperti kran gitu, jadi kalau bocor bisa ditutup langsung, sedangkan tabung tidak bisa," tuturnya.