TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Dalam sebuah acara di Bali pada akhir bulan lalu, CEO Netflix Reed Hastings berbicara soal pemblokiran yang dilakukan Grup Telkom (Indihome dan Telkomsel) terhadap layanan video streaming-nya.
Dia mengatakan bahwa pemblokiran dilakukan bukan berdasar ketentuan dari pemerintah, melainkan inisiatif mandiri dari penyedia layanan internet yang bersangkutan.
Hastings berharap masalah blokir bakal mereda seiring dengan berjalannya waktu agar layanannya bisa diakses oleh para pengguna Telkom.
“Konsumen mereka (Telkom -red), seharusnya sama seperti konsumen di seluruh dunia, punya kebebasan untuk memilih berlangganan Netflix,” ujarnya.
Ucapan Hastings ini rupanya membuat merah telinga Telkom.
Dalam keterangan tertulis yang dilayangkan ke KompasTekno, Senin (2/5/2016), Direktur Consumer Service PT Telekomunikasi Indonesia Dian Rachmawan mengaku sulit memahami pernyataan dari Hastings.
“Bicara kok gak sopan dan arogan? Bikin pernyataan di rumah orang (Bali), hanya untuk adu domba sesama kita,” kata Dian.
Dia juga menuding bahwa pernyataan Hastings tidak akurat bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang memblokir Netflix.
Ini karena China juga menerapkan pemblokiran serupa, meski pemerintah Negeri Tirai Bambu itu sebenarnya memang memblokir sebagian besar layanan internet populer dari barat, termasuk Facebook, Google, dan Twitter.
“Di Indonesia, mereka main selonong saja, tak ketok pintu. Gesture-nya sudah salah di awal,” lanjut Dian.
Netflix lawan iFlix
April lalu, Telkom mengumumkan kerja sama dengan iFlix, penyedia layanan video streaming on-demand serupa Netflix yang menjagokan konten berseri dari Asia dan Hollywood.
iFlix hadir secara eksklusif di IndiHome sehingga hanya bisa diakses oleh para pelanggan internet fiber broadband besutan Telkom tersebut.
Seperti Netflix, pengguna bisa menonton streaming video iFlix dari berbagai perangkat. Maksimal sebanyak lima perangkat berbeda bisa mengalirkan video secara bersamaan.