"Ini sarana mereka mendapatkan kontribusi pemasukan dari sektor lain. Lagi pula bisnis ini tidak terlalu mahal, mengingat mereka juga memiliki basis data dan bisa melakukan promosi via SMS setiap waktu," ujar David, Selasa (3/5/2016).
Senada, analis Philip Securities Milka Mutiara mengatakan, potensi pasar e-commerce di Indonesia masih sangat besar.
Dalam empatĀ tahun terakhir saja, pertumbuhan bisnis e-commerce berada di atas 35 persen per tahunnya. Ini membuat potensial upside-nya masih sangat besar.
Tapi yang perlu diingat, investasi dari kedua emiten tersebut tak bakal langsung balik modal.
Membutuhkan kesabaran lebih sampai akhirnya TLKM dan EXCL bisa mencicipi manisnya keuntungan e-commerce. Sudah menjadi rahasia umum, bisnis online di awal adalah "bakar uang".
"Industri e-commerce ini yang terpenting adalah kekuatan jaringan, kelengkapan infrastruktur dan persaingan harga," jelas Milka.
Tahun ini Milka melihat, kontribusi Elevenia terhadap EXCL akan jauh lebih besar ketimbang kontribusi Blanja.com pada kinerja keuangan TLKM.
Ini lantaran EXCL selangkah lebih maju masuk industri e-commerce.
TLKM terlihat serius masuk ke industri e-commerce di tahun ini. Namun hingga kini belum diketahui kapan TLKM merealisasikan rencana penyuntikan dana Rp 1 triliun.
"TLKM masih perlu usaha lebih membesarkan nama Blanja.com kalau tidak mau kalah bersaing di bisnis ini. Iklan juga sangat berpengaruh terutama untuk Blanja.com yang kini penggunanya masih sedikit," lanjut Milka.
Karena itu, sekarang emiten telekomunikasi harus pintar memutar otak demi menggenjot keuntungan.
Apalagi di sektor telekomunikasi ekspansi adalah segalanya. Mulai dari kebutuhan belanja iklan dan ekspansi layanan 4G membutuhkan sokongan dana yang besar sehingga perusahaan harus gencar mencari pendanaan.
Reporter: Andy Dwijayanto