Kemudian, dari Agence Francaise de Development (AFD) senilai EUR 300 juta, China Eximbank sebesar US$ 5 miliar, China Development Bank (CDB) sejumlah US$ 10 miliar, serta dari Islamic Development Bank (IDB) US$ 300 juta.
Sofyan optimistis, rencana pembiayaan luar negeri ini akan berjalan lancar dengan fasilitas kemudahan dari pemerintah.
Selain itu, pihaknya juga telah merampungkan revaluasi aset sehingga meningkatkan ekuitas sekaligus dapat meningkatan pinjaman hingga Rp 1.700 triliun.
Namun, Sofyan tidak menjelaskan secara detail pinjaman mana saja yang sudah masuk tahapan komitmen pembiayaan di tahun ini.
"Beberapa negara seperti di China kan sedabng lesu, jadi di sana banyak uang menganggur dan mereka akan bisa berbondong-bondong ke Indonesia," ujar dia.
Sementara, Wismana Adisuryabrata, Deputi Bidang Pendanaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan, selain lewat skema pinjaman langsung, pembangunan listrik oleh PLN juga ada yang melalui skema penerusan pinjaman atawa subsidiary loan agreement (SLA).
"Pinjaman ini akan dilakukan melalui goverment to goverment yang proyeknya ditetapkan dalam Blue Book 2015-2019," ujar dia.
Rencananya, dalam Blue Book tersebut ada 10 proyek yang akan didanai lewat utang luar negeri dengan nilai total US$ 4,9 miliar.
Antara lain, pembangunan PLTU Indramasy 1.000 MW dengan rencana pinjaman US$ 1,84 miliar, interkoneksi Jawa-Sumatera tahap III dan IV senilai US$ 933 juta, serta pembangunan PLTA Matenggeng Jawa Tengah senilai US$ 500 juta.
Reporter Muhammad Yazid