TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat kunjungan Presiden Jokowi di Banten, ibu-ibu mengeluhkan rumahnya belum ada aliran listrik
"Di rumah saya belum ada listriknya, Pak," kata ibu itu, Jumat (10/6)
"Benar? Terus selama ini listriknya dari mana?" tanya Jokowi.
"Ya, nyalur Pak," jawab dia.
"Nyalur bagaimana?" tanya Presiden lagi.
"Nyalur dari rumah tetangga," kata si ibu.
"Itu ada listrik namanya. Saya tanya kan tadi yang belum ada listrik...," kata Jokowi.
Ibu itu langsung menyanggah Jokowi. "Maksudnya belum ada kilometernya, Pak," kata ibu tersebut. Kilometer yang dia maksud sejatinya adalah KWHmeter.
"Berarti yang enggak ada 'kilometer'-nya?" tanya Jokowi kembali.
Ibu itu dan yang lainnya mengiyakan. Jokowi pun langsung menghitung jumlah mereka, kemudian bertanya apakah nanti jika sudah dipasang KWHmeter sanggup membayar biayanya.
"Yah, kalau ada rejeki mah bisa," jawab ibu tersebut dengan nada polos.
Jokowi tersenyum, kemudian bertanya ke Dirut PLN Sofyan Basyir soal harga pemasangan KWHmeter.
Sofyan pun menjawab, untuk daya 450 watt dikenakan biaya Rp 350.000 dan bisa mendapat subsidi untuk warga miskin.
"Sekarang di sini ada 19 KK. Tolong dicatat namanya, pokoknya minggu ini saya mau mereka dipasangi semua. Saya yang bayar atau Pak Dirut, nih?" ujar Jokowi.
"Dirut saja, Pak," jawab Sofyan kemudian.
Dikutip dari laman resmi PLN, PLTU yang memiliki kapasitas 3x315 megawatt itu adalah bagian dari Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit 10.000 MW yang didasarkan pada Perpres No. 71 tahun 2006.
Proyek PLTU 3 Banten Lontar dibangun di atas lahan seluas 94 hektar dengan tiga unit pembangkit di mana kapasitas masing-masing unit 315 megawatt sehingga total kapasitas tenaga listrik yang dihasilkan 945 MW.
Daya listrik yang dihasilkan PLTU Lontar nantinya akan disalurkan melalui jaringan transmisi 150 kV (SUTT) sepanjang 22 kilometer ke Gardu Induk Teluk Naga dan sepanjang 22 kilometer ke Gardu Induk New Tangerang.
Proyek Pembangunan PLTU Lontar ini ditujukan untuk memperkuat pasokan tenaga listrik di area Jakarta dan sekitarnya pada sistem kelistrikan Jawa-Bali. (tribun/nic/kcm/dtc)