News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gas Bumi

Pendapat Analis, Pembentukan Holding BUMN Berdampak Negatif Bagi PGN

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jaringan pipa gas bumi Muara Karang-Muara Bekasi milik PGN.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) berencana mengakuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (Persero) melalui skema holding BUMN di bidang energi.

Analis Pasar Modal bidang Energi dari Samuel Sekuritas, Adrianus Bias menilai holding energi BUMN berdampak buruk terhadap neraca keuangan PGN.

Dia beralasan, Pertamina saat ini memiliki peringkat utang level terendah layak investasi (Baa3), sedangkan peringkat utang PGN ada di kategori stabil (AAA).

"Kalau PGAS berada di bawah Pertamina, yang notabene Pertamina itu memiliki peringkat utang ydeang tidak baik, maka PGAS akan terkena impactnya," ujar Adrianus, Selasa (22/6/2016).

Dampak negatif lainnya, PGAS kesulitan ingin mengeluarkan surat utang (bond). Neraca keuangan PGAS berdampak besar terhadap finansial Pertamina sebagai induk dari holding energi nantinya.

"Bond PGAS nanti bisa susah kalau outlook utang mayoritas sahamnya (Pertamina) buruk," papar Adrianus.

Saat ini PGN adalah perusahaan plat merah penyumbang dividen besar kedua BUMN non-bank ke negara. Jika akuisisi terjadi melalui skema holding, maka pemerintah akan kehilangan banyak pemasukan negara.

"Kalau dilihat dari makro ekonomi, Negara akan kehilangan penerimaan yang lumayan dari proses akuisisi tersebut," ungkap Adrianus.

Hilangkan Tumpang Tindih

Dari perspektif Pertamina, akuisisi ini justru akan membuat performa Pertamina sebagai BUMN enrrgi terbesar saat ini, meningkat.

Vice President Corporate Communication Wianda Pusponegoro sebelumnya mengatakan, rencana pembentukan holding atau induk usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi akan berdampak positif terhadap aset PT Pertamina (Persero).

Aset Pertamina saat ini sekarang US$ 45,5 miliar.

"Pemerintah Indonesia mendapatkan banyak revenue (pendapatan) dan akhirnya dividen yang masuk ke pemerintah jadi lebih besar," kata Wianda di Jakarta, Jumat (22/4/2016).

Wianda berpendapat, jika akuisisi ini sukses, tidak akan ada lagi tumpang tindih dalam perencanaan infrastruktur gas.

Efek positifnya, dapat memacu pembangunan infrastruktur gas menjadi lebih cepat.

Akses masyarakat mendapatkan gas makin mudah dengan harga yang bisa lebih murah. Biaya operasi gas juga menjadi lebih efisien.

Sinergi Pertamina dan PGN juga diyakini akan makin membesarkan bisnis PGN sendiri.

Pasokan gas untuk PGN makin terjaga kepastiannya, termasuk volume pasokannya. Anak usaha Pertamina, Pertagas, juga akan memberi dukungan infrastruktur bagi pemasaran gas oleh PGN.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini