TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pabrik ke-14 milik PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citereup, Bogor akan beroperasi sesuai jadwal.
Sekretaris Perusahaan Indocement Pigo Pramusakti mengatakan sampai saat ini pabriknya sedang dilakukan commissioning.
"Ya, diharapkan bisa beroperasi di Juli atau Agustus mendatang," kata Pigo, Jumat (24/6/2016).
Pabrik ke-14 ini akan menambah kapasitas produksi sebesar 4,4 juta ton per tahun sehingga total kapasitas produksinya menjadi 25 juta ton per tahun.
Sementara rata-rata utilisasinya sebesar 70 persen. Indocement menganggarkan belanja modal Rp 2-3 triliun untuk menyelesaikan pabrik ke-14 tersebut.
Terkait kondisi kelebihan pasokan semen nasional, Pigo meyakinkan kalau hal tersebut tidak terjadi di Indocement.
Dari capacity share, Indocement memiliki sekitar 24% dari total kapasitas nasional.
Sementara pangsa pasar yang dikantongi sekitar 25%. "Itu artinya masih oke," ujarnya.
Asal tahu, kapasitas terpasang industri semen secara nasional sekitar 88 juta ton per tahun, sementara kemampuan produksinya hanya 75-80 juta ton.
Rata-rata utilisasi secara nasional berkisar 70-80% lantaran banyaknya pabrik baru atau perawatan mesin berkala.
Nah, dari utilisasi yang ada, sekitar 8-10 juta ton produksi yang berlebih.
Untuk menghadapi kondisi pasar yang tidak menentu, Indocement akan menyesuaikannya dengan jumlah pabrik yang dioperasikan.
Misalnya, jika perseroan saat ini memiliki kapasitas 13 pabrik, tetapi kenyataannya pasarnya hanya 10, maka sisanya akan diistirahatkan.
"Pabrik yang muda lebih efisien, maka yang tua-tua kami istirahatkan," pungkas Pigo.
Dengan kelebihan pasokan tersebut, Pigo berharap pasar semen di Indonesia bisa terus tumbuh 10%.
Itu berarti, kata Pigo, dalam waktu 3 tahun kelebihan produksi semen bisa tertutup.
Lebih lanjut, Pigo mengatakan, tujuan didirikannya pabrik di Indonesia memang bukan untuk pasar ekspor.
Tapi, untuk memenuhi pasokan pabrik-pabrik Indocement di Citereup, Bogor; Palimanan, Cirebon dan Tarjun, Kalimantan Selatan akan melayani pelanggan di sekitar area pabrik.
Lagipula, semen adalah produk berat yang besar di biaya transportasi dan distribusi. "Semakin jauh kami ekspor, ya semakin kecil margin yang kami dapat," terang Pigo.
Sebagai gambaran, misal pasar semen ada 8,5 sehingga Indocement akan membuka 9 pabrik. Nah sisa produksinya itu terpaksa harus diekspor. Makanya penjualan ekspor ini tidak menjadi fokus utama.
Reporter: Febrina Ratna Iskana