TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belum dioperasikan, terminal baru Terminal 3 (T3) Bandara Internasional Soekarno-Hatta justru sudah jadi polemik jelang Lebaran 2016.
Sejak pekan lalu, tercium aroma sejumlah pihak yang mendorong-dorong agar terminal bandara terbesar di Indonesia yang sempat diberi nama "Ultimate" itu segara dioperasikan.
Padahal hasil verifikasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan, T3 belum memenuhi aspek keselamatan, keamanan, dan pelayanan.
Kado Lebaran?
Jumat (24/6/2016), usai meninjau T3, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli meminta Kemenhub melalukan verifikasi ulang kepada terminal bandara tersebut.
Kata Rizal, T3 sudah layak operasi. Sebab dua hal yang jadi catatan Kemenhub yakni masalah sistem kelistrikan dan sistem surveillance (pemeriksaan barang dan orang), sudah bisa diatasi AP II.
Di Kompleks Istana Kepresidenan, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan bahwa T3 sudah siap beroperasi.
Kata dia, AP II sendiri yang melaporkan hal tersebut. Bahkan Pramono mengatakan, ia, Mensesneg Pratikno dan Menko PMK Puan Maharani juga sempat membicarakan pengoperasian T3.
"Kalau sudah siap tentunya harusnya difungsikan," kata Pramono, Jakarta, Senin (27/6/2016). Dari Senayan, aroma mendorong-dorong pengoperasian terminal bandara terbesar di Indonesia itu juga merebak.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Ade Komarudin mendesak agar pemerintah melalui Kementerian Perhubungan segera memverifikasi ulang T3.
Dorongan bahkan desakan sejumlah pihak agar T3 segara dioperasikan memunculkan pertanyaan, apa istimewanya terminal yang belum laik operasi itu?.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Sidarto Danusubroto mengatakan, T3 bisa jadi hadiah Lebaran bagi rakyat.
Oleh karena itu kata dia, Presiden Joko Widodo sudah berpesan supaya pengoperasian T3 tidak buang-buang waktu.
Pernyataan Sidarto itu diucapkan usai datang langsung ke T3 sehari berselang usai pernyataan Pramono.