Tak hanya itu, dosen UI ini juga menyoal formula dari biaya interkoneksi antaroperator.
Menurutnya, perlu keterbukaan dari pemerintah sendiri untuk formulasi biaya tersebut, khususnya yang terkait Telkomsel.
Tujuannya semata-mata membuat publik mengerti, untuk apa sajakah biaya yang mereka harus bayarkan pada operator.
Pasalnya, Harryadin melihat yang paling terdampak dari penetapan biaya interkoneksi adalah konsumen.
Namun demikian, ia tak lantas mencap salah Telkomsel, yang telah berusaha keras membangun jaringan di luar Jawa, sehingga bisa mengatur biaya telekomunikasi sesuka hati.
Tapi, alangkah lebih baik jika formulasi interkoneksi diperhitungkan secara matang.
"Memang kami tidak ingin merugikan Telkomsel, tapi ya jangan profitnya terlalu besar. Yang ingin dibuka itu formula hitung-hitungan biaya interkoneksi," ujar Harryadin.
Sehingga kata dia bisa dihitung itu, mulai dari biaya membangun jaringan, balik modal berapa tahun.
"Kami di UI sudah bikin penghitungan, kalau menurut hitungan itu sih untungnya Telkomsel masih terlalu besar," katanya.