TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) terus melebarkan sayap bisnisnya hingga keluar negeri. Bukan hanya membangun pabrik, INDF juga menyiapkan strategi lain di luar negeri.
Pada September atau Oktober tahun ini, INDF memproyeksikan pabrik mi di Maroko mulai beroperasi. Namun, investasi pabrik tersebut tidak sepenuhnya menjadi tanggungjawab INDF.
"Kami sifatnya hanya memberikan franchise kepada pihak ketiga, juga memberikan bantuan teknis," ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan INDF Werianty Setiawan, Rabu (3/8/2016).
Dari sini, INDF sudah memperoleh pendapatan, tanpa harus mengeluarkan investasi yang besar. Lantaran franchise, INDF bakal memperoleh pendapatan royalti dari penggunaan merek.
Pada saat yang sama, INDF memperoleh pendapatan ekspor. Sebab, meski sudah memperoleh lisensi, pihak ketiga tetap wajib membeli bumbu mi instan dari Indofood.
Meski demikian, pendapatan royalti INDF menurun.
Pada kuartal pertama tahun ini, pos pendapatan tersebut tercatat Rp 42,84 miliar, menyusut 26% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi ekspor, angkanya justru mengalami peningkatan.
Ini merupakan ekspor secara keseluruhan, yakni ekspor atas semua produk milik INDF yang dijual oleh anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Berdasarkan laporan keuangan ICBP selama kuartal pertama tahun ini, nilai penjualan ke luar negeri perusahaan ini mencapai Rp 8,922 triliun.
Jumlah tersebut naik 12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tak hanya sampai di situ. Dengan berekspansi ke luar negeri, ada potensi besar yang bakal diperoleh Grup Salim dalam jangka panjang.
Cerita akhir dari pembukaan pabrik sejatinya tidak hanya berhenti sampai di negara yang bersangkutan. Contohnya seperti pabrik di Turki.
Sebelumnya, Presiden Direktur INDF Anthoni Salim mengemukakan, pasar Turki khususnya untuk produk noodle tidak terlalu buruk, tapi juga tidak terlalu mengesankan.