TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Ibrahim Hasyim menjelaskan dalam menurunkan harga Avtur, harus merata ke seluruh daerah. Ibrahim menilai jika harga diturunkan di bandara Soekarno Hatta, belum tentu mempengaruhi di bandara-bandara lainnya.
Hal yang diperlukan menurut Ibrahim adalah masalah pengelolaan biaya distribusi. Karena selama ini masih terdapat disparitas harga Avtur yang berbeda di setiap wilayah.
“Jika biaya distribusi dibiarkan apa adanya, maka harga Avtur di Indonesia akan sangat murah di bandara dekat kilang dan akan sangat mahal di Papua," ujar Ibrahim, Senin (22/8/2016).
Ibrahim memaparkan dibutuhkan harga acuan Avtur yang sama. Sehingga tidak ada disparitas harga antara bandara satu dengan yang lain.
"Harmonisasi diperlukan agar harga tidak berbeda sekali antar bandar udara,” kata Ibrahim.
Ibrahim mengatakan, secara umum struktur harga Avtur terdiri atas biaya produksi, biaya distribusi, biaya layanan, dan margin.
Khusus biaya distribusi, karena Indonesia adalah negara kepulauan maka jalur distribusi berbeda dengan Singapura atau Malaysia misalnya.
“Mereka tinggal pasang pipa dari kilang minyak ke bandara. Kalau Indonesia harus diangkut lewat laut dan lewat darat di seluruh wilayah yang sangat luas,” kata Ketua Umum Ikatan Alumni Akademi Migas (ILUGAS) tersebut