TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN (persero) ditargetkan membangun infrastruktur kelistrikan 35 ribu megawatt sampai 2019. Karena hal itu dibutuhkan anggaran besar untuk menyelesaikan proyek yang diinstruksikan Presiden Joko Widodo.
Pengamat energi Faby Tumiwa menilai PLN kesulitan dari segi finansial sekarang ini. Karena hal itu Faby menyarankan agar PLN jangan melakukan akuisisi Pertamina Geothermal Energy (PGE).
"PLN saat ini punya tugas-tugas yang berat dalam rangka membangun 35 ribu MW dan kondisi keuangan yang terbatas," ujar Faby dihubungi wartawan, Selasa (23/8/2016).
Faby meminta Menteri BUMN Rini Soemarno memberikan penjelasan terkait rencana PLN mengakuisisi anak usaha PT Pertamina tersebut. Karena Faby berharap perseroan bisa fokus membangun sektor kelistrikan.
"Menteri BUMN perlu menjelaskan apa alasan memerintahkan PLN akusisi PGE," kata Faby.
Faby menambahkan PLN melakukan kesalahan langkah jika niat mengambil PGE untuk kembangkan 7.000 megawatt di 2025. Karena untuk mendorong energi baru terbarukan, pemerintah sudah menyiapkan rencana jangka panjang tanpa harus ada akuisisi tersebut.
"Jika kepentingan nasionalnya adalah pengembangan panas bumi di Indonesia, yang direncanakan mencapai 7000 MW pada 2025, maka akusisi PLN atas PGE bukan aksi korporat yang tepat," papar Faby.