TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif IRESS Marwan Batubara menilai rencana akuisisi Pertamina Gheotermal Energy (PGE) oleh PT PLN (persero) tidak relevan dengan program pembangunan pemerintah.
Karena menurut Marwan ada motif dibalik rencana akuisisi anak usaha Pertamina tersebut.
"Perlu diwaspadai adanya motif lain akuisisi PGE," ujar Marwan di komplek DPR/MPR, Jakarta, Kamis (15/9/2016).
Sejauh ini IRESS mencatat, kecurigaan di balik akuisisi PGE seperti monetisasi, leverage aset, kapital, perburuan dana, penggantian carbon credit, dan penguasaan sumber panas bumi potensial milik BUMN.
Marwan juga menyebut motif lainnya bisa menjual anak usaha Pertamina kepada swasta atau asing.
"Bisa saja melakukan IPO, menyiapkan lahan bisnis bagi penerima Tax Amnesty, menyiapkan perusahaan untuk membeli perusahaan PLTP yang sudah beroperasi, dan lain-lain," kata Marwan.
Terkait motif akuisisi untuk simbiosis mutualisme, Marwan mengatakan PLN pernah bekerjasama mengembangkan PLTP di Dieng, Patuha dan Sarulla melalui badan usaha Geo Dipa Energi (GDE) di 2002.
Namun berhubung karena tidak konsistennya sikap pemerintah, konsorsium tidak dilanjutkan dan Pertamina dipaksa menjual sahamnya kepada pemerintah pada 2011.
Akibatnya, Marwan menyebut produksi PLTP Dieng turun menjadi hanya sekitar 22 MW dan PLTP Patuha baru beroperasi pada 2014. Bahkan kata Marwan lapangan Sarulla yang potensial pun lepas menjadi milik swasta nasional dan asing!
"Jadi bisa dipertanyakan, jangan-jangan pemerintah nanti inkosisten dan PGE pun dilepas kepada swasta atau asing," papar Marwan.