Sementara itu, Syarif menyebutkan ada potensi besar yang juga dimiliki oleh industri alsintan dalam negeri, yaitu pada anggaran pengadaan alsintan pemerintah pada tahun 2016 yang mencapai Rp 4,6 triliun.
Diperkirakan, sebagian besar dari kebutuhan alsintan tersebut sudah mampu dipenuhi oleh industri dalam negeri.
Berbagai produk alsintan yang telah mampu diproduksi dalam negeri, antara lain pintu air, pompa air, traktor tangan, mesin pengolah tanah, mesin penebah atau panen, penyemprot tanaman, penyemprot bertekanan, pengabut gendong bermotor (mist blower), pengering, perontok multiguna, pengupas gabah, pengayak (shifter), penyosoh (rice polisher), pemutih, penghancur jerami, pemotong rumput, serta Rice Milling Unit (RMU).
Berdasarkan hasil evaluasi capaian tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada industri alsintan, hasilnya menunjukkan sebagian besar telah mencapai TKDN yang cukup tinggi, yaitu sebesar 40 persen.
”Industri alsintan dalam negeri juga telah diikut sertakan dalam proyek bantuan alat mesin pertanian oleh Kementerian Pertanian dengan mekanisme lelang melalui e-catalog, sehingga diharapkan pengadaan barang di lingkungan Pemerintah dapat mengoptimalkan penggunaan produk lokal,” papar Syarif.
Lebih lanjut, dalam upaya pengembangan industri alsintan dalam negeri, Pemerintah juga telah memfasilitasi kegiatan promosi program P3DN dalam pengadaan alsintan pemerintah serta fasilitasi litbang dan pengembangan SDM melalui pembangunan Alsintan Center di berbagai daerah.
“Kami mengharapkan partisipasi aktif dari seluruh instansi pemerintah untuk terus menjalankan kebijakan P3DN dalam rangka mendukung pengembangan industri dan mengoptimalkan pemanfaatan pasar di dalam negeri,” ujar Syarif.
Dan, bagi para pelaku industri, Kemenperin mendorong agar terus meningkatkan kemampuan dan kapasitas produksi, sehingga mampu menghasilkan produk yang bernilai tambah dan berdaya saing tinggi, serta dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Pada kesempatan yang sama, Asisten II bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, Hadi Prasetyo menyambut baik digelarnya PPI 2016 karena diharapkan akan menggairahkan industri manufaktur di Jawa Timur khususnya Surabaya.
“Kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur cukup besar, mencapai 28 persen. Saat ini, jumlah industri manufaktur di Jawa Timur sebanyak 800 ribu perusahaan yang terdiri dari industri kecil, menengah, dan besar,” paparnya.
Hadi juga menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan I-2016 mencapai 5,34 persen atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 4,9 persen.