TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Pemerintah terus menggenjot persiapan holding perbankan badan usaha milik negara (BUMN) memasuki dua bulan terakhir 2016 ini.
Nantinya, holding perbankan BUMN yang meliputi Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN juga akan membentuk jaringan khusus untuk menandingi jaringan kartu kredit raksasa Visa dan Master Card.
"Itu nanti mau dibikin payment sistemnya khusus untuk itu," kata Staf Khusus Menteri BUMN Budi Gunardi Sadikin seusai menghadiri acara diskusi di Jakarta, Sabtu (5/11/2016).
Ia menuturkan, adanya logo Visa dan Master Card pada kartu debit perbankan di Indonesia bukan hanya untuk unjuk tampang. Ada konsekuensi dari terpampangnya logo perusahaan pembayaran global tersebut.
Menurut mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu, dalam setiap transaksi menggunakan kartu ATM, dana tidak langsung ke rekening yang dituju, tetapi akan diarahkan terlebih dahulu ke AS, negara asal Visa dan Master Card.
Sebelumnya, Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas juga mengungkapkan bahwa dalam setiap transaksi debit kartu ATM, ada biaya yang harus dibayar ke perusahaan Visa dan Mastercard.
Kedua perusahaan itu merupakan jaringan kartu kredit raksasa asal Amerika Serikat (AS).
Perusahaan tersebut memiliki lingkup bisnis yang menggurita hingga ke ratusan negara di berbagai belahan dunia.
Menurut Rohan, nilai dari biaya yang harus dibayarkan kepada Visa atau Mastercard sangat besar. Hal itu dinilai sebagai bentuk inefisiensi di dalam sektor perbankan.
"Banknya Indonesia, uangnya milik orang Indonesia, tetapi harus bayar fee. Itu kenyataan hidup dan itu dipotong satu setengah persen," kata Rohan di Belitung, Kamis (22/9/2016).
Lantaran hal itu pula, ucap dia, Bank Mandiri menyambut baik rencana holding BUMN. Salah satu rencana holding ini adalah membuat layanan seperti Visa atau Mastercard untuk perbankan nasional.
Penulis: Yoga Sukmana