TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mengalokasikan dana sebesar Rp 600 miliar bagi pemeliharaan 4 danau di Provinsi Bali tahun depan.
Hal itu yang menjadi destinasi pariwisata yaitu Danau Batur, Beratan, Buyan dan Tamblingan.
"Usulan kami sekitar Rp 600 miliar dimulai tahun depan, karena (nilainya) besar kami coba menjadi kontrak tahun jamak," ujar Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida Ketut Jayada
Ketut mengatakan sebelumnya, dari tahun ke tahun pekerjaan yang dilakukan di empat danau tersebut berupa operasi dan pemeliharaan berupa pembersihan eceng gondok dan pengangakatan sedimentasi.
Baru pada 2016 dilaksanakan desainnya dan diharapkan di tahun 2017 dapat mulai dilaksanakan pembangunan fisik berupa tanggul, _sandtrap_ dan saluran pengelak.
"Kegiatannya nanti berupa kegiatan pembuatan tanggul, kemudian _sandtrap_kemudian ada saluran pengelak dan lain lain tergantung kondisi danau masing masing," kata Ketut.
Penanganan tersebut dianggap penting karena berdasarkan hasil studi yang dilakukan bahwa terjadi pendangkalan terjadi cukup besar di keempat danau tersebut yaitu sekitar 1.500 kubik per tahun sedimen yang masuk ke danau.
Lebih rinci, di danau Batur, Ketut mencontohkan hasil identifikasi bahwa pertama, penyebab pendangkalan adalah terdapatnya juga eksploitasi galian C.
Namun saat ini aktifitasnya sudah terhenti karena pemerintah daerah dan kepolisian sudah melarang aktifitas tersebut.
"Kami sudah membuat perencanaan aliran langsung dari daerah-daerah berpasir di hulu kita desain supaya ada kantung lumpur supaya aliran tidak langung ke danau. Sehingga air yang masuk ke danau nyangkut di kantung kantung tersebut yang dipelihara berkala," tambah Ketut.
Permasalahan kedua, di Danau Batur mulai banyak permukiman terutama di pinggiran danau.
Untuk itu Ketut menilai penting sekali menetapkan garis sempadan dengan upaya fisik yang menandai batas antara danau dengan batas dengan tanah masyarakat sehingga tidak terjadi penyerobotan.
"Kita upayakan berupa tanggul yang diatasnya desain menjadi jogging track sehingga batas antara masyarakat dan danau menjadi permanen," papar Ketut.
Permasalahan ketiga yaitu keramba jaring apung yang sangat mempengaruhi kualitas air yang berpengaruh terhadap danau tersebut. Ketut menyebutkan beberapa tahun lalu terdapat ikan mati secara sporadis yang menunjukkan kualitas air sangat buruk.
"Kami sudah melakukan dialog dengan masyarakat di kawasan danau Batur bagaimana mengupayakan membentuk zonasi," papar Ketut.
Diketahui bahwa danau Batur merupakan salah satu dari 15 danau prioritas yang tercantum dalam RPJMN. Ketut mengatakan, salah satu dipilihnya danau tersebut menjadi prioritas nasional karena keunikannya yang merupakan danau vulkanik dan terbesar di Bali. Selain kawasan Batur juga ditetapkan oleh UNESCO sebagai geopark.
"Jadi memang sangat istimewa, kita tahu di dunia geopark hanya beberapa dan salah satunya di danau Batur ini," kata Ketut.