TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Rencana Bank Indonesia (BI) melonggarkan aturan giro wajib minimum (GWM) dengan perhitungan rata-rata (averaging) disambut beragam oleh bankir syariah.
Sejumlah bankir membidik target pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) lebih tinggi karena ada relaksasi.
Direktur Bisnis Konsumer BNI Syariah Kukuh Rahardjo bilang, GWM averaging akan melonggarkan likuiditas. "Bank akan lebih fleksibel mengelola likuiditas," ujar Kukuh, Senin (28/11/2016).
BNI Syariah optimistis pembiayaannya bisa tumbuh antara 16–20 persen di tahun depan, karena tertopang aturan GWM tersebut.
Target ini lebih tinggi dari target tahun ini sebesar 14%.
Per September 2016, pembiayaan BNI Syariah naik 15,08% menjadi Rp 19,53 triliun. Sementara DPK tumbuh 20,28% menjadi Rp 22,77 triliun per September 2016.
Sedikit berbeda, Bank Syariah Mandiri (BSM) masih menunggu ketentuan detail yang akan terbit tahun 2017.
Direktur Wholesale Banking BSM Kusman Yandi menyebut, aturan itu tidak akan menambah likuiditas di pasar perbankan secara signifikan.
"Justru pelonggaran tersebut tidak akan membuat bank menjadi lebih agresif dalam ekspansi kredit," tutur Kusman.
Tahun 2017 BSM menargetkan pembiayaan tumbuh moderat 9%–10%, dibandingkan tahun ini 7%. Per September 2016, penyaluran pembiayaan BSM naik 5,2%.
Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih menilai, jika hitungan average selama dua minggu, maka efek terhadap likuiditas akan terasa.
Tahun ini BCA Syariah mengincar pertumbuhan pembiayaan 15%–18%. Tahun depan target kenaikan pembiayaan dan DPK mencapai 18%.
Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang