TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Litbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memaparkan target lifting minyak bumi sering tidak tercapai sejak tahun 2003. Karena itu program jangka panjangnya pemerintah mulai mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) menggantikan energi fosil (minyak bumi) yang terus menipis.
Kepala Badan Litbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sutijastoto mengakui perkembangan EBT masih sulit dilakukan. Kendati demikian Sutijastoto mengatakan pemerintah sudah bersyukur adanya sedikit perubahan di sektor yang ditargetkan berkembang 23 persen di 2025.
"Panas bumi targetnya 5.000 megawatt (MW) tapi kenyataannya baru bertambah 300 MW, PLTS harusnya 500-1000 MW tapi sekarang dapat 10 MW sudah bersyukur,” ujar Sutijastoto, dalam seminar “Optimalisasi Pengelolaan Sumberdaya Energi Untuk Ketahanan Nasional, Selasa (13/1/2016).
Sementara Ketua Dewan Pakar Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, Herman Darnel Ibrahim menyebut pengembangan EBT bukanlah tanpa tantangan. Beberapa faktor seperti nilai investasi, instrumen kebijakan tarif dasar, diversifikasi penggunaan bahan bakar, penguasaan teknologi, cadangan sumber energi lain masih menjadi cerita lama untuk diselesaikan.
Herman Darnel memaparkan Indonesia punya cadangan energi gas dan batubara yang bisa bertahan hingga tahun 2100. Namun pada pelaksanaannya Feed in tariff belum diterima dengan baik oleh PT PLN dan Kemenkeu.
"Harga patokan yang ditetapkan pemerintah masih kurang menarik bagi investor,” ungkap Herman Darnel.