TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus pilot maskapai Citilink yang diduga mabuk saat hendak menerbangkan pesawat tujuan Surabaya-Jakarta berbuntut panjang.
Direktur utama/Chief Executive Officer (CEO) maskapai tersebut, Albert Burhan mengundurkan diri dari jabatannya.
Albert mengatakan pengunduran dirinya tersebut sebagai sikap tanggung jawab terhadap tindakan penerbang Citilink yang dianggap membahayakan penerbangan.
"Secara personal saya merasa bertanggungjawab, jadi saya mengindurkan diri dari Citilink," kata Albert dalam jumpa persnya di kantor Citilink, Jakarta kemarin.
Albert melanjutkan sikapnya tersebut bukan karena tekanan dari pihak lain, melainkan dari keputusan pribadi yang merasa memiliki tanggungjawab moral terhadap peristiwa pilot mabuk itu.
Albert Burhan diangkat menjadi CEO Citilink pada Februari 2015 lalu menggantikan Arif Wibowo. Arif sendiri saat ini menjabat sebagai CEO Garuda Indonesia, induk perusahaan Citilink.
Ia menjelaskan, dalam waktu dekat ini dirinya akan mengajukan pengunduran diri secara tertulis kepada pemilik saham Citilink yaitu Garuda Indonesia.
Tidak hanya Albert Burhan, Hadinoto Soedigno juga mundur dari Direktur Operasional PT Citilink Indonesia.
Menurut VP Corporate Communication PT Citilink Indonesia Benny Butarbutar menjelaskan Albert dan Hadinoto memang sepasang rekan sevisi.
"Pak Hadinoto dan Pak Albert Burhan ini sudah selalu bersama dari awal sejak didirikannya Citilink," kata Benny ditanyai terpisah.
Albert menyampaikan pengunduran diri secara lisan saat jumpa pers, namun permohonan tertulisnya perlu ditulis dan disampaikan ke para pemegang saham dan komisaris PT Garuda Indonesia.
"Belum diketahui keputusan diterima atau tidaknya pengunduran diri tersebut. Jadi harus ada pertemuan dengan komisaris Garuda dan pemegang saham," kata Benny.
Pengunduran diri Albert dan Hadinoto ini adalah buntut dari kasus pilot Citilink yang mabuk.
Pilot bernama Tekad Purna itu hendak menerbangkan pesawat nomor penerbangan QG 800 jurusan Surabaya-Jakarta pada Rabu (28/12/2016) kemarin.