TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bukalapak.com bekerjasama dengan Bareksa.com dan CIMB Principal Asset Management meluncurkan fitur reksadana online "BukaReksa". Konsep ini merupakan trobosan baru di dunia pasar modal.
CO-Founder dan CFO Bukalapak, Fajrin Rasyid menyampaikan, sampai saat ini jumlah investor di reksadana masih kecil, karena akses untuk ke investasi reksadana masih sedikit.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor reksadana di Indonesia masih tergolong kecil yaitu hanya 340.000 investor, jauh ketinggalan dibanding negara-negara tetangga.
Salah satu penyebabnya karena akses informasi ke reksadana masih kurang.
Itu sebabnya, Bukalapak dan Bareksa meluncurkan fitur BukaReksa untuk meningkatkan jumlah investor di Indonesia.
"Terbukti baru seminggu fitur BukaReksa ini dibuka sudah ada 6.000 lebih investor dan dana yang berhasil dikumpulkan kurang dari Rp 10 miliar," ujar Fajrin saat pembukaan bursa saham di kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (19/1/2017).
Fajrin menyampaikan investasi di BukaReksa paling rendah senilai Rp 10.000. Sebab, reksadana yang disediakan yaitu reksadana pasar uang.
Hal ini karena masyarakat yang masih awam tentunya perlu investasi yang risikonya rendah dan tetap mendapatkan return.
Dia masih belum menetapkan target investor dan dana yang dibidik dalam BukaReksa. Fajrin mengaku masih mau melihat dulu hingga satu bulan ke depan.
Sebab selain masih meraba, fitur yang ada juga perlu dilakukan perbaikan. "Kita lihat selama sebulan ini," ungkapnya.
Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A OJK Fakhri Hilmi menyampaikan, secara keseluruhan jumlah investor masih terbilang sedikit.
Namun selama tahun 2013 hingga saat ini, sudah ada kenaikan signifikan tercatat dari 250.000 investor pada 2013 sekarang jumlahnya 900.000 investor.
"Salah satu faktor pendukungnya adalah pola pemasaran dan distribusi sudah berkembang apalagi sekarang ada BukaLapak dan Bareksa. Dengan kemudahan yang diberikan nantinya akan mendorong investor masuk," ucapnya.
Reporter: Hasyim Ashari