TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN (Persero) dan PT Jawa Satu Power akhirnya menandatangani dokumen perjanjian jual-beli listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 berkapasitas total 1760 Megawatts.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir mengatakan proyek PLTGU Jawa 1 sangat penting perannya mengantisipasi pertumbuhan ekonomi
Proyek ini juga menjadi wujud komitmen dan kepedulian PLN terhadap peningkatan energi bersih.
"Ini merupakan bukti sinergi yang terjadi diantara 2 BUMN besar, mudah-mudahan dalam prosesnya pun dapat memenuhi segala aspek baik dari perizinan, amdal, dan ketentuan lainnya, ini semua demi masyarakat Indonesia," ujar Sofyan Basir, Selasa (31/1/2017).
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Sucipto dalam sambutannya mengatakan penandatanganan PPA ini merupakan bukti nyata sinergi antar-BUMN.
“Hari ini kita buktikan bahwa sinergi 2 BUMN besar di Indonesia dapat terjadi, PLN dan Pertamina," kata Dwi Sutjipto.
PLTGU Jawa-1 ini akan dibangun di Cilamaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Pembangkit yang disediakan berfungsi sebagai load follower dengan Avaibility Factor tahunan yang diproyeksikan (AFp) sebesar 60 persen.
Dengan ditandatanganinya PLTGU Jawa 1, listrik yang dihasilkan pembangkit akan disalurkan ke Sistem Kelistrikan Jawa-Bali melalui jaringan transmisi 500 kV dari lokasi pembangkit ke Gardu Induk 500 kV Cibatu Baru di Cibatu, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat dengan panjang jaringan transmisi yang dibutuhkan sekitar 52 km.
PT Jawa Satu Power merupakan perusahaan patungan (Special Purpose Company) yang dibentuk oleh para sponsor yaitu PT Pertamina (Persero) (dengan share 40 persen), Marubeni Corporation (dengan share 40 persen), dan Sojitz Corporation (dengan share 20 persen) yang dikhususkan untuk mengembangkan proyek ini.
PLTGU Jawa-1 ditargetkan akan beroperasi pada akhir 2020. Pembangkit ini akan menyuplai energi listrik ke Sistem Jawa-Bali sebesar ±8409 GWh setiap tahun, dengan jangka waktu kontrak 25 tahun.
Proyek PLTGU Jawa-1 ini diperkirakan akan menelan total biaya sekitar 1,8 Miliar dollar AS atau setara dengan Rp 24 triliun.