TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat industri asuransi jiwa pada 2016 memperoleh pendapatan sebesar Rp 208,92 triliun, yang terdorong dari meningkatnya hasil investasi.
"Semakin baiknya pergerakan IHSG turut mempengaruhi hasil investasi industri asuransi jiwa terkait pasar modal dan porsi di deposito geser ke reksa dana," ujar Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim di Jakarta, Kamis (16/2/2017).
Menurutnya, pada 2016 jumlah investasi asuransi jiwa sebesar Rp 395,96 triliun dari total aset sebesar Rp 435,53 triliun, dimana penempatan dana ke produk investasi tersebut mengalami peningkatan 25,9 persen dari tahun sebelumnya Rp 314,58 triliun.
Hendrisman merinci, porsi investasi terbesar ada pada instrumen reksa dana mencapai Rp 126,3 triliun, selanjutnya diikuti oleh saham sebesar Rp 116,02 triliun, Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 58,03 triliun, deposito sebesar Rp 49,73 triliun, tanah dan bangunan sebesar Rp 10,04 triliun.
Lebih lanjut dia mengatakan, pertumbuhan portofolio investasi di 2016 ada pada instrumen saham sebesar 41 persen, reksan dana 38 persen dan SBN sebesar 27,2 persen.
"Kami tertarik di reksa dana karena lebih stabil dan imbal hasil yng tinggi, produk ini memang umumnya menjadi pilihan industri asuransi jiwa," tuturnya.
Selain dari hasil investasi, kata Hendrisman, pendapatan industri asuransi jiwa 2016 berasal dari pendapatan premi sebesar Rp 167,04 triliun, klaim reasuransi Rp 2,92 triliun dan pendapatan lainnya senilai Rp 5,02 triliun.
Sedangkan, total klaim dan manfaat yang dibayarkan sepanjang 2016 sebesar Rp 96,05 triliun atau meningkat 32,4 persen dari tahun sebelumnya.