TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mulai 1 Maret ini, Pemerintah kembali menaikkan tarif pengguna listrik berdaya 900 volt ampere (VA) pada hari ini (1/3).
Tarif yang naik itu khusus pelanggan kategori rumah tangga mampu (RTM). Bertahap, pemerintah akan mencopot subsidi atas 18,8 juta pelanggan.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jarman mengatakan, kenaikan tarif listrik per 1 Maret 2017 ini merupakan tahapan dua yang sebelumnya dilakukan pada Januari 2017.
"Mulai besok (hari ini) akan dicabut lagi subsidinya sebagian," katanya, Selasa (28/2/2017).
Dia menjelaskan, kenaikan tarif listrik bertahap sejalan langkah PLN agar subsidi lebih tetap sasaran. Kenaikan dilakukan setiap dua bulan. Kali ini besaran kenaikan dari Rp 774 per kWh menjadi Rp 1.023 per kWh atau naik sebesar 32%.
Pencabutan subsidi listrik atas pelanggan 900 VA dilakukan bertahap. Tahap pertama Januari lalu, pemerintah hanya mencabut subsidi 1/3 dari 18,8 juta atau 6,24 juta. Mereka harus membayar kenaikan ongkos listrik 32%.
Maret ini, 1/3 kedua yang belum dicabut, harus membayar ongkos lebih tinggi 64%. Sementara yang tahap pertama naik 32%
Pada Mei nanti, gelombang 1/3 pelanggan terakhir yang masih mencicipi subsidi harus membayar di harga keekonomian.
Begitu juga 2/3 pelanggan yang sebelumnya sudah mengalami kenaikan harga (lihat infografis) "Mulai 1 Juni 2017 tarif listrik disesuaikan dengan tarif adjusment," jelas Jarman. Tarif adjusment berubah tiga bulan sekali mengikuti, inflasi, nilai tukar dan harga minyak dunia.
Pemerintah menerima pengaduan masyarakat yang tidak terima subsidi listrik mereka dicabut. Jika dalam verifikasi membuktikan mereka berhak, pemerintah kembali memberikan subsidi. "Sedang kami cek," jelas Jarman.
Kepala Divisi Niaga PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Benny Marbun bilang, hingga 28 Februari 2017 total pengaduan yang masuk mencapai 3.154 pelanggan.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) sedang memverifikasi 1.933 pelanggan. "Pengaduan yang selesai sebanyak 1.220 pelanggan," ujar Benny ke KONTAN, Selasa (28/2). Ia belum menjawab apakah 1.220 pelanggan itu akan mendapat subsidi lagi.
Pengamat energi dari Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menjelaskan, pencabutan subsidi listrik bertahap mengurangi gejolak yang terjadi di masyarakat.
"Membantu masyarakat agar tidak kaget," jelasnya kepada KONTAN, Selasa (28/2/2017).
Reporter: Pratama Guitarra