News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Utang Pemerintah RI Per Akhir Maret Naik Rp 60,63 Triliun

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jika dibandingkan posisi akhir Desember 2016, utang pemerintah naik Rp 138,59 triliun di akhir bulan Maret 2017.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai utang pemerintah hingga akhir Maret 2017 naik Rp 60,63 triliun dari posisi akhir Februari 2017 yang sebesar Rp 3.589,12 triliun.

Dari jumlah utang Rp 3.649,75 triliun tersebut, sebesar Rp 2.912,84 triliun (79,8%) dari Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman sebesar Rp 736,91 triliun (20,2%). Jika dibandingkan posisi akhir Desember 2016, utang pemerintah naik Rp 138,59 triliun.

Di situs Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) juga disebutkan, nilai pembayaran kewajiban utang di Maret 2017 mencapai Rp 84,13 triliun.

Jumlah itu terdiri pembayaran pokok utang jatuh tempo sebesar Rp 51,36 triliun dan pembayaran bunga utang Rp 32,77 triliun.

Dalam lima tahun ke belakang, posisi utang pemerintah memang selalu meningkat. Jika pada 2012, posisi utang pemerintah Rp 1.977,77 triliun naik menjadi Rp 3.511,16 triliun di tahun 2016.

Itulah sebabnya rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) lima tahun ke belakang juga mengalami peningkatan.

Rata-rata rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) sejak 2012 hingga tahun 2016 sebesar 25,66% dari PDB.

Walau jumlah utang pemerintah terus naik, namun Ekonom Maybank Indonesia Juniman yakin, rasio utang pemerintah dan rasio total utang pemerintah dan swasta tahun ini masih berada di batas aman, sekitar 29% dari PDB.

"Pemerintah akan atur, kalaupun ada kenaikan, akan terukur," katanya. Apalagi swasta juga masih mengerem utang luar negerinya.

Rencana pengurangan neraca The Fed melalui penjualan obligasi yang akan membuat suplai obligasi semakin besar, menurut Juniman juga tidak akan berdampak besar.

Walau efeknya membuat harga obligasi menjadi murah sehingga imbal hasil (yield) meningkat.

"Jadi beban pembayaran utang Indonesia dari kredit bilateral naik dan beban untuk penerbitan obligasi naik," katanya. Untuk menghadapinya, pemerintah menerbitkan seluruh obligasi di semester I.

Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi juga memperkirakan, dampak pengurangan neraca The Fed tidak terlalu besar ke nilai tukar rupiah, karena pengurangan akan dilakukan secara bertahap.

Sementara dampak terhadap beban utang Indonesia tergantung pada seberapa besar tekanan dollar ke rupiah.

Dia mengatakan, pengurangan neraca dan kenaikan suku bunga acuan The Fed bisa mendorong kenaikan yield obligasi global Indonesia.

Reporter: Adinda Ade Mustami

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini