News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

AISKI Imbau Pemerintah Kembangkan Industri Sabut Kelapa Dalam negeri

Penulis: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi sabut kelapa

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Jajaran pengurus Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia yang baru berkumpul menemui Direktur Ekspor Produk Industri dan Pertambangan Kementerian Perdagangan Merry Maryati, Jumat (19/5/2017).

Maksud kedatangan jajaran pengurus berasal dari berbagai daerah seperti Balikpapan, Surabaya, Batam, Lampung dan Jakarta ini untuk menyampaikan persoalan yang di hadapi oleh dan usulan strategi bagi industri sabut kelapa nasional.

Potensi devisa sabut kelapa nasional cukup besar diperkirakan Rp 13 triliun. Akan tetapi riil ekspor Indonesia berada pada urutan kelima setelah Vietnam. Eksportir produk sabut kelapa utama dunia adalah India yang mengusai 55% dariekspor global disusul Srilanka sebesar 27%.

Sedangkan Indonesia tercatat hanya 3% dan menurut data BPS cenderung menurun.Tahun 2016 volume ekspor sabut kelapa Indonesia berkisar 27.992 ton dengan nilai sebesar Rp 91,5 miliar.

Hal ini diuraikan oleh Efli Ramli sebagai ketua AISKI yang kembali terpilih dalam restrukturisasi pengurus AISKI dalam Konferensi Usaha Sabut Kelapa Indonesia (KUSKI) tanggal 25-26 April lalu di Puncak Bogor Jawa Barat.

Pria yang membina lima pabrik sabut kelapa ini mengungkapkan bahwa industri pengolahan sabut kelapa dalam negeri perlu dikembangkan secara maksimal. “Kita tidak boleh bergantung pada ekspor serat sabut mentah ke China yang saat ini mengalami penurunan permintaan sabut yang drastis”.

Memang jika mengacu pada data APCC (Asian and Pacific Coconut Community) 83% atau mayoritas ekspor serat sabut Indonesia diserap China.

Disaat yang sama Johanis, divisi pemasaran AISKI mengungkapkan bahwa perlu pengembangan dan diversifikasi produk serat sabut Indonesia. Jika saat ini Indonesia hanya mengekspor tiga jenis produk sabut yaitu serat (fibre), cocopeat dan tali maka kita perlu mendorong diversifikasi produk seperti India atauSrilanka yang mengekspor 14 jenis produk sabut kelapa pungkas pengusaha muda asal Batam ini.

Ketua Bidang Riset dan Pengembangan AISKI Patrik Pasangmenyebut produk-produk sabut kelapa yang baru dan inovatif. Ia memberi contoh papan dari sabut temuan peneliti Belanda yang dipaparkan penelitinya dalam acara KUSKI di Puncak April lalu.

Menurutnya papan ini inovatif dan ramah lingkungan karena diproduksi tanpa lem perekat kimia.Pasar untuk produk inovatif dan ramah lingkungan ini sangat besar di negara maju.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini