News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perilaku Presiden Trump Bikin CEO Qatar Airways Kecewa Berat

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesawat Qatar Airways

TRIBUNNEWS.COM, DOHA - CEO  Qatar Airways Akbar Al Baker menuding Pemerintah Amerika Serikat sengaja mengipasi konflik diplomatik tajam yang saat ini terjadi antara Pemerintah Qatar dan sejumlah negara tetangganya di Timur Tengah.

Dalam wawancara dengan CNN Money Akbar Al Baker mengatakan, keputusan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negara Teluk lain untuk memutuskan hubungan diplomatik dan link transportasi dengan Qatar menyebabkan pemblokiran ilegal di mana AS seharusnya menjadi pihak penengah untuk menyelesaikan masalah ini.

Presiden AS Donald Trump malah mendukung keputusan negara-negara Teluk untuk mengucilkan Qatar.

"Saya tidak mau berkomentar mengenai Presiden Trump. Saya benar-benar kecewa kepadanya. Amerika Serikat seharusnya menjadi pemimpin yang berupaya untuk menghentikan blokade dan tidak hanya duduk dan menyeksikan apa yang terjadi. Bahkan AS terlihat mengipasi bara api," jelas Al Baker.

Qatar Airways merupakan satu dari maskapai terbesar dunia dan dikenal sebagai brand terbaik global.

Sebelumnya, Al Baker mendeskripsikan Trump sebagai teman dan rekan sejawat bisnis yang akan melakukan apa yang terbaik bagi Amerika.

Al Baker tidak menyangka Qatar akan mendapatkan perlakukan seperti sekarang oleh negara yang sangat tergantung dalam pertarungannya melawan terorisme.

Di sisi lain, Qatar merupakan rumah terbesar bagi militer AS di Timur Tengah. Basis militer yang terletak di bagian barat daya ibukota Qatar, Doha, ini menampung sekitar 11.000 personel militer AS.

Adanya perselisihan ini menyebabkan bisnis Qatar Airways terpukul, di mana nasib 18 destinasi maskapai ini tidak jelas nasibnya. Penjualan bebas cukai di bandara Doha juga terpukul. Menurut Al Baker, penjualan mereka anjlok 25% dalam sepekan terakhir.

Meski demikian, pesaing Qatar, dari Uni Emirat Arab -Emirates dan Etihad- juga mengalami penurunan bisnis.

"Ya, kami memang mengalami penurunan bisnis, demikian juga dengan Emirates dan Etihad. Mereka bisa saja berlagak seperti biasa, namun mereka sama terpukulnya dengan Qatar Airways akibat blokade ini," jelasnya.

Catatan saja, meski tahun ini menghadapi tahun yang sulit seperti adanya pelarangan elektronik dalam penerbangan ke AS, Qatar Airways membukukan rekor pada laba yang mencapai US$ 541 juta pada tahun keuangan yang berakhir Maret, naik hampir 22%.

Al Baker menambahkan, maskapainya berencana menambah 24 destinasi baru dalam 12 bulan ke depan.

Dia juga menuding, negara-negara Teluk telah melanggar konvensi 1944 yang telah ditandatangani Uni Emirat Arab dan Bahrain.

Isinya, berdasarkan International Civil Aviation Organization (ICAO), setiap negara yang menandatangani konvensi itu harus menjamin kebebasan, termasuk keistimewaan untuk terbang ke wilayahnya tanpa mendarat.

"Kami akan menempuh jalur hukum atas kasus ini. ICAO harus terlibat, dan mendeklarasikan bahwa hal ini merupakan pelanggaran hukum," kata Al Baker.

Sumber: CNN Money 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini