TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konsep dan perencanaan bangunan tentunya perlu memerhatikan kenyamanan, kesehatan, keselamatan, serta keamanan penghuninya.
Juga bangunan untuk fasilitas umum dan sosial, seperti stasiun kereta, bandar udara, rumah sakit, stadion, hingga pedestrian.
Selayaknya bangunan yang diperuntukan bagi masyarakat luas tersebut memenuhi standar arsitektur bangunan dan dibutuhkan pula material atau bahan bangunan yang berkualitas serta dapat memenuhi standar performa dari sebuah bangunan.
Penutup lantai atau ubin adalah salah satu bagian dari sebuah bangunan yang perlu perhatian khusus karena di sinilah tempat orang berlalu lalang.
Terlebih untuk fasilitas umum dengan intensitas trafik yang sangat tinggi, untuk itu diperlukan material penutup lantai yang berkualitas baik, seperti homogenous tile (HT).
Mengapa HT? “Karena HT mempunyai karakter dan kekuatan yang jauh lebih baik dibandingkan keramik, karena lebih banyak menggunakan hard material," kata Kuntjoro Tjahjosarwono, Manager GTS PT Granitoguna Building Ceramics, Selasa (25/7/2017).
Kuntjoro mengatakan, bahan yang digunakan seperti silica, feldspar, dan lain-lain. Bahkan kekuatan tekan HT di atas 450 kg/cm2 jauh di atas standar SNI/ISO yang berlaku saat ini.
PT Granitoguna Building Ceramics sebagai produsen HT dengan merek Granito mensuplai penutup lantai di berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada di Indonesia.
Dengan spesifikasi produk yang sudah sangat baik dan jauh melampaui spesifikasi yang dipersyaratkan dalam SNI ataupun standar internasional lainnya, maka penggunaan untuk proyek-proyek fasum/fasos dimana trafik penggunanya cukup tinggi, penggunaan tile GranitoTM sangat disarankan.
“Hal ini juga berkaitan dengan tuntutan durabilitas produk, dimana jangka waktu penggunaan tile Granito lebih tahan lama dibandingkan dengan produk-produk sejenis lainnya,” katanya.
Selain kualitas produk, yang perlu mendapatkan perhatian khusus yaitu pada saat pemasangan tile HT.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, beberapa persyaratan pemasangan harus dipenuhi, seperti penggunaan perekat yang baik hingga penggunaan nat 2mm antar tile.
“Bahkan untuk proyek outdoor seperti pedestrian perlu lebih diperhatikan proses pemasangannya karena trafik yang cukup tinggi sehingga tidak boleh ada rongga kosong di bawah tile yang bisa mengakibatkan tile tersebut pecah,” tandas Kuntjoro.
Sementara itu, dari sisi estetika/desain yang diaplikasikan pada lantai di fasum/fasos, Kuntjoro menjelaskan bahwa tema desain yang digunakan biasanya tidak terlalu diutamakan karena memang lebih diutamakan untuk menunjang fungsi-fungsi dari fasum tersebut.
Sebut saja untuk RS, desain lantainya lebih datar tanpa paduan motif sehingga kesan “clean” pada interior rumah sakit lebih menonjol.
Paduan cutting tile biasanya hanya diletakkan pada area-area tertentu baik sebagai aksen ataupun pembatas ruang.
Begitupula dengan desain pola lantai pada beberapa stasiun kereta api dan bandar udara.
Sedangkan untuk pedestrian konsep desainnya bisa sedikit ekspresif dengan penambahan motif-motif mosaic dan paduan cutting tile sebagai aksennya.