Menurut Safir Senduk, Perencana Keuangan Safir Senduk & Rekan, investasi apa saja yang cocok untuk pekerja lepas, sebetulnya sama seperti karyawan.
“Yang membedakan adalah waktu investasinya, pekerja lepas berinvestasi saat dia mendapat honor,” katanya.
Misalnya, pekerja lepas yang berprofesi sebagai pembawa acara atau master of ceremonies (MC) mendapat kerjaan dalam sebulan lima kali. Maka, ia bisa menginvestasikan uangnya dalam lima kali setiap memperoleh bayaran honor.
Soal besarannya, Safir bilang, tidak terbatas. Masing-masing pekerja lepas punya ukurannya sendiri. Hanya, Safir menyarankan, sebaiknya persentasenya sama setiap kali berinvestasi seperti 10% dari honor.
Jika dirupiahkan angka 10% itu enggak besar, pekerja lepas bisa berinvestasi di instrumen yang memang tidak membutuhkan dana gede.
Contohnya, dengan membeli emas seberat satu gram. Atau, reksadana yang setoran selanjutnya bisa berubah-ubah asalkan tidak di bawah batas minimal.
Tapi sebetulnya, pekerja lepas harus memiliki asuransi kesehatan terlebih dahulu. “Biaya kesehatan sekarang sangat besar,” ujar Safir.
Kalau sudah punya asuransi kesehatan dan pekerja lepas tertarik berinvestasi khususnya properti, mereka harus tahu dulu aset itu akan dijadikan tempat tinggal atau sebagai ladang investasi. Pasalnya, untuk membeli properti butuh dana sangat besar.
Sementara honor pekerja lepas tidak bisa diprediksi, sehingga tak ada waktu pasti kapan uang untuk beli rumah bisa terkumpul.
Hanya, bila tujuan membeli properti sebagai tempat tinggal, itu sebenarnya bukan investasi. Tapi, jika memang ingin investasi properti, pekerja lepas termasuk karyawan harus sadar betul, bahwa properti lebih pas untuk investasi sewa.
“Investasi properti dengan tujuan akan dijual kelak, itu salah. Jualan properti susah. Jika ingin investasi properti, yang lebih baik dengan menyewakannya saja,” kata Safir.
Jadi urutannya: punya dana darurat dan asuransi kesehatan dulu, baru berinvestasi.
Reporter: Francisca Bertha Vistika