TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dari data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kontribusi ekonomi kreatif untuk Produk Domestik Bruto (PDB) adalah Rp 852,2 triliun. Sedangkan di 2017, Bekraf menargetkan sumbangan kepada PDB mencapai Rp 1.000 Triliun lebih.
"Kami bisa meramalkan soal pertumbuhan kawasan saja dari 2014-2016 itu di akhir 2017 ini sudah bisa mencapai lebih dari Rp 1.000 triliun," ujar Kepala Bekraf Triawan Munaf di kantor staff Presiden, Jakarta, Selasa (17/10/2017).
Untuk mencapai target tersebut, Bekraf melakukan berbagai kerjasama dengan pemerintah daerah dan berbagai Kementerian. Tujuannya untuk mendorong pengusaha ekonomi kreatif mendapat insentif dan kesempatan menjual produknya.
"Kita memberikan daerah yang sifatnya regulasi kepada para pelaku ekonomi kreatif mereka harus terus berkegiatan untuk tumbuh," ungkap Triawan.
Triawan pun mengakui Bekraf memiliki banyak pekerjaan rumah saat ini. Hal pertama Bekraf belum memiliki riset dan berisi data yang akurat dari setiap subsektor. Data tersebut harus berkembang terus dengan cepat karena ada digital ekonomi.
"Ya tantangannya adalah data sehingga riset dan pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan baku alternatif untuk produk," ungkap Triawan.
Baca: Diputus Sepihak, Citra Sari Makmur Gugat PT Telkom Rp 16 Triliun
Baca: RCTI Menangi Sengketa Bisnis Melawan Leo Sutanto dan Sinemart
Masalah lain kata Triawan adalah infrastruktur. Untuk ekonomi kreatif infrastruktur yang dibutuhkan adalah gedung pameran, pertunjukan, pusat-pusat dan sentra kreatif.
"Bagaimana para pelaku ekonomi kreatif itu bisa memamerkan, bisa berpromosi, bisa mempertunjukkan karya-karyanya," kata Triawan.
Sedangkan secara online infrastruktur ekonomi kreatif berkaitan dengan konektifitas digital. Karena di Indonesia menurut Triawan wilayahnya sangat luas dengan sentra-sentra ekonomi kreatif yang tersebar.
"Membutuhkan konektivitas yang tinggi dan itu memang belum terlalu ideal," papar Triawan.