TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Syariah Mandiri (BSM) berekspansi dengan ikut andil dalam pembiayaan proyek infrastruktur di Indonesia.
Komisaris Utama BSM Mulya E Siregar, mengakui proyek infrastruktur yang didanai BSM bukanlah proyek yang serampangan, melainkan harus mendapat penilaian kelayakan atau rating dari perusahaan induk yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
"Kita selalu ikut dengan induk kita, karena induk kita sudah punya risk management yang lebih baik. Proyek-proyek infrastruktur itu biasa sudah dilakukan seleksi oleh Mandiri, di situlah BSM sinergi ikut konsorsium, sehingga lebih aman," ujar Mulya, Jumat (8/12/2017) di Garut, Jawa Barat.
Mulya menyebut, pembiayaan di sektor ini dinilai strategis dan menghasilkan return, oleh karenanya harus dilakukan secara selektif.
Namun di sisi lain, BSM juga tetap fokus pada pembiayaan di sektor mikro. Ada pun proporsi pembiaaan BSM untuk ritel sekitar 65 persen dan 35 persen untuk korporasi.
"Proporsi yang kami lihat, 65 persen ke ritel, 35 persen korporasi. Arahnya masih lebih besar ke ritel," terang Mulya.
Tercatat, hingga kuartal III-2017, BSM telah menyalurkan pembiayaan Rp 58,72 triliun atau tumbuh 10,28 persen dibanding Rp 53,24 triliun pada September 2016. Sementara itu, NPF (Non Performance Finance) turun dari 3,63 persen menjadi 3,12 persen.