TRIBUNNEWS.COM, LOS ANGELES - Peritel sepatu asal Amerika Serikat, Payless Shoesource, juga larut dalam pusaran kelesuan ritel. Di negeri asalnya, perusahaan itu tengah berjuang lepas dari jerat kebangkrutan.
Sebagai informasi, Payless Shoesource di Negeri Liberty telah mengajukan proses pailit pada 2017.
Pada bulan Agustus lalu, CEO Paul Jones juga memutuskan pamit dari perusahaan. Posisi Jones sebagai CEO kini digantikan sementara oleh Martin R. Wade III.
Melansir Chain Store Age, Senin (29/1/2018), Payless Shoesource tengah berupaya menata kembali struktur organisasinya di Amerika Serikat sebagai jurus bangkit dari keterpurukan.
Peritel sepatu itu mengumumkan, pihaknya bakal mengurangi lapisan hierarki antara kantor pusat dengan toko-toko fisiknya.
"Misi utama penyelarasan (organisasi) ini adalah mendorong hasil pembinaan, pendampingan, dan pengembangan lebih kuat bagi anggota tim yang memimpin toko kami,” ujar Payless Shoesource dalam pernyataan resminya.
"Selain itu, penataan organisasi merupakan upaya terus-menerus untuk memodernisasi pendekatan kami dalam melayani pelanggan pada lingkungan ritel yang terus berubah,” tuntas juru bicara Payless Shoesource.
Namun sayangnya, pihak Payless Shoesource enggan menjabarkan apakah penyederhanaan struktur organisasi itu diikuti dengan rencana pengurangan karyawan.
Mulai marak
Dalam catatan Kompas.com, kalangan peritel di Amerika Serikat juga mulai melakukan upaya penataan organisasi layaknya Payless Shoesource. Sebagai contoh, Walmart.
Awal tahun ini, Walmart mengumumkan rencana menghilangkan 3.500 posisi asisten kepala toko. Posisi itu termasuk krusial untuk peritel seperti Walmart, yang masih bergantung pada kehadiran toko konvensional.
Pada Jumat (13/1/2018), surat terkait rencana itu diedarkan kepada karyawan yang terancam PHK. Dalam suratnya, Walmart masih memberi peluang bagi karyawan untuk mengajukan perpindahan divisi.
Setelah menghilangkan jabatan asisten kepala toko, Walmart bakal menghadirkan struktur organisasi baru yang lebih efisien.
Sebanyak 1.700 jabatan pengawas dengan bayaran lebih rendah akan direkrut untuk memerhatikan bisnis yang tengah tumbuh cepat, yakni pesanan daring (online).
Perombakan besar-besaran itu bertujuan menyisihkan karyawan yang berkinerja buruk serta mendorong kaderisasi dalam perusahaan.
Dalam pernyataan resminya, pihak Walmart menyebut industri ritel kian menantang.
" Ritel berubah dengan cepat dan kami perlu berubah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan," ujar Walmart.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di Kompas.com, dengan judul: Ini Siasat “Payless Shoesource” Bangkit dari Kebangkrutan