Laporan Reporter Kontan, Dimas Andi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Notulensi Federal Open Market Committee (FOMC) yang bernada hawkish menyungkurkan rupiah ke posisi terburuknya sejak Februari 2016.
Kemarin, kurs rupiah di pasar spot turun 0,49% ke level Rp 13.685 per dollar Amerika Serikat (AS). Versi kurs tengah Bank Indonesia, rupiah turun 0,61% menjadi Rp 13.665 per dollar AS.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menilai, pelemahan didorong oleh respons pasar atas rapat FOMC yang mengonfirmasi kenaikan suku bunga terjadi bulan depan.
Selain itu, The Fed optimis, kebijakan reformasi pajak akan berdampak baik terhadap ekonomi AS. Alhasil, investor memburu dollar AS. "Sentimen dari AS membuat mayoritas mata uang global melemah, termasuk rupiah," kata Reny.
Baca: Demi Manjakan Penumpang, PT SAN Putra Sejahtera Fokus Operasikan Bus-bus Buatan Pabrikan Eropa
Baca: Banyak Dipakai di Sektor Konstruksi: New Generation Ranger FM 260 JD, Truk Paling Laris Hino di 2017
Analis Asia Tradepoint Futures, Andri Hardianto menambahkan, data kredit perbankan Indonesia yang rilis hari ini mampu menahan rupiah.
Proyeksi dia, rupiah bergerak di Rp 13.640-Rp 13.660 per dollar AS. Sedangkan prediksi Reny, rupiah berada dalam rentang Rp 13.630-Rp 13698 per dollar AS.