TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Penasihat ekonomi utama Presiden Donald Trump, Gary Cohn, menyatakan mundur dari jabatannya.
Keputusan itu dia ambil setelah kalah dalam "pertarungan" di Gedung Putih perihal rencana pemberlakuan tarif baru baja dan aluminium.
Pejabat Gedung Putih mengatakan perselisihan mengenai tarif tersebut berandil pada keputusan Cohn untuk mengundurkan diri, namun bukan satu-satunya alasan.
Reuters mengutip seorang pejabat yang mengatakan ada beberapa masalah yang menyebabkan perpisahan tersebut, namun dia menandaskan,
"Misi terbesarnya adalah pada pemotongan pajak, yang telah dia lewati."
Ini merupakan kabar terbaru dari serangkaian keberangkatan sosok-sosok petinggi sekitar Presiden Trump dari Gedung Putih.
Mengikuti berita pengunduran diri Cohn, dolar A.S. melemah, sementara harga surat utang pemerintah AS hampir tidak beranjak.
Pengumuman Trump minggu lalu tentang rencananya untuk mengenakan tarif membuat harga saham AS turun. Rencana itu juga menimbulkan perdebatan sengit di Gedung Putih, antara Cohn dan pendukung perdagangan bebas di satu sisi versus penasihat proteksionis seperti Peter Navarro di sisi lain, menurut pejabat Gedung Putih,
Cohn, yang bertugas di Gedung Putih selama lebih dari satu tahun, terbukti berpengaruh dalam keputusan pemerintah AS April lalu untuk tidak memberi label pada China sebagai manipulator mata uang.
Dia juga berpengaruh pada sikap pemerintah untuk menegosiasikan kembali Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, ketimbang menghentikannya
Cohn juga muncul sebagai salah satu pendorong utama paket overhaul pajak yang disahkan oleh Kongres dan ditandatangani oleh Trump akhir tahun lalu. Perombakan tersebut merupakan kemenangan legislatif utama Trump yang pertama.
"Merupakan kehormatan untuk melayani negara saya dan memberlakukan kebijakan ekonomi pro-pertumbuhan untuk menguntungkan rakyat Amerika, khususnya berlakunya reformasi pajak yang bersejarah," kata Cohn dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih.
"Saya berterima kasih kepada Presiden karena telah memberi saya kesempatan ini dan berharap dia dan pemerintahannya hebat, sukses di masa depan," lanjut Cohn.
Baca: Tumblr Diblokir Kominfo, Menteri Rudiantara Mengaku Baru Tahu dan Baru Dengar
Baca: Wiranto Keberatan Abu Bakar Baasyir Jalani Tahanan Rumah, Ini Tanggapan Tim Pengacara
Hubungan Cohn dengan Trump mulai memanas musim panas lalu, setelah Cohn tidak setuju dengan tanggapan hangat presiden terhadap bentrokan antara demonstran neo-Nazi dan anti-rasisme di Charlottesville, Virginia; Reuter mengutip sumber yang dekat dengan Cohn.
Cohn, seorang Demokrat, telah menyesuaikan diri dengan menantu Trump, Jared Kushner, dan putri presiden Ivanka Trump, yang merupakan penasihat senior Gedung Putih.
Cohn, mantan presiden dan chief operating officer (CEO) bank investasi Goldman Sachs, dipandang sebagai benteng pertahanan di dalam Gedung Putih melawan kebijakan proteksionisme.
Pelobi bisnis sering mengutip Cohn sebagai sekutu terkuat mereka di Gedung Putih.
"Gary Cohn pantas mendapat pujian karena melayani negaranya dengan cara kelas satu. Saya yakin saya bergabung dengan banyak orang lain yang kecewa melihatnya pergi," Lloyd Blankfein, ketua dan chief executive Goldman Sachs dan mantan bos Cohn, mengatakan pada Kericau.
Dalam sebuah pernyataan, Trump memberi Cohn kredit atas perannya dalam mendorong paket pajak melalui Kongres dan "melepaskan ekonomi Amerika sekali lagi."
"Dia adalah bakat langka, dan saya berterima kasih atas dedikasinya kepada rakyat Amerika," katanya.
Hasbi Maulana/Sumber : Reuters