Namun kondisi itu ternyata hanya sementara. Badai lebih besar datang dan menghantam Rupiah ke level paling buruk yakni Rp 16.800 per dollar AS pada Juni 1998. Perbedaannya dengan pelemahan rupiah sekarang, pelemahan rupiah terhadap dollar AS terjadi cukup lambat.
Pelemahan rupiah tidak terjadi secara ekstrem sehingga para pelaku pasar dan sektor usaha masih bisa menyesuaikan. Pelemahan kali ini lebih banyak disebabkan oleh pengaruh Amerika Serikat.
Para investor asing pun mencari negara tempat beternak atas dana mereka sebagai safe haven baru. Sektor Usaha Paling Rentan Saat nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS, kamu yang berprofesi sebagai karyawan mungkin tenang-tenang saja.
Berbeda halnya dengan pimpinan perusahaan: mereka akan sulit tidur karena pelemahan rupiah akan berdampak kepada keuangan perusahaan. Jika dibiarkan terus melemah, bisa-bisa perusahaan akan gulung tikar.
Pertanyaannya, sektor usaha apa yang paling terkena dampak dari pelemahan rupiah? Saat ini prosesnya masih berlangsung sehingga dampaknya belum begitu jelas diketahui.
Cuma kita bisa melihat dampak pelemahan dari pelemahan rupiah yang terjadi dua puluh tahun silam.
Dari riset yang dilakukan peneliti Bank Indonesia pada 1998, secara umum disebutkan, perusahaan yang memiliki sumber daya di dalam negeri yang kuat, berorientasi ekspor, memiliki sumber pembiayaan non-rupiah yang rendah, mereka mampu bertahan jika nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sedang tertekan.
Bahkan perusahaan itu tetap bisa tumbuh positif.
Berikut ini hasil riset yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan tahun 1998.
Riset yang dilakukan oleh Noor Yudanto dan M. Setyawan Santoso terasa masih relevan hingga saat ini:
1. Industri pengolahan
Sektor ini memiliki kandungan impor yang tinggi sehingga sangat terpengaruh dengan pelemahan rupiah terhadap dollar AS.
Kegiatan produksi sektor ini menjadi sangat mahal dengan kondisi rupiah yang sedang melemah. Saat bank menaikkan suku bunga kredit, sektor ini juga akan mengalami tekanan baru.
2. Sektor bangunan/properti