Laporan Reporter Kontan, Ghina Ghaliya Quddus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sepekan terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS malah melemah. Kemarin, Senin (21/5/2018), rupiah sempat menyentuh Rp 14.200 per dollar AS.
Senin (14/5/2018) lalu, rupiah masih berada di Rp 13.965 per dollar AS. Namun, keesokan harinya bergerak menembus Rp 14.000 per dollar AS hingga kemarin menyentuh Rp 14.200.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, tidak ada faktor domestik apapun yang membuat rupiah melemah. Sentimen di dalam negeri, menurut Dody, cenderung netral.
“Berita positifnya juga tidak ada. Jadi netral. Semua emerging market di regional juga menunjukkan arah netral di domestiknya,” kata dia di kantor Kementerian Keuangan (Kemkeu), Senin (21/5/2018) malam.
Namun demikian, Dody tidak bisa memastikan sampai kapan pelemahan ini berlanjut. “Kami tidak ada yang tahu,” ucapnya.
Meski begitu, ia mengatakan, level rupiah terhadap dollar AS yang melemah belakangan ini masih sehat. Menurutnya, dengan level sekarang ini, memang pasar menghendaki rupiah berada di level tersebut.
Baca: Lima Perusahaan Tunda IPO karena Pasar Modal Sedang Lesu
“BI tetap ada di pasar jaga stabilitas rupiah meskipun kami tidak lawan arah pasar itu. Saya rasa level-level sekarang ini masih fit untuk kondisi rupiah, tentunya kami jaga likuiditas rupiah dan valas. Jadi kami intervensi di pasar dan SUN,” ujarnya.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, tekanan eksternal adalah penyebab utama rupiah melemah belakangan ini.
Baca: Kata Adian Napitupu, Pilpres 2019 Momen Terakhir Buat Para Pendukung Orde Baru
"Karena ada sanksi AS yang tidak jadi dikeluarkan, dan itu membuat posisi (kuat) untuk dollar AS. Jadi secara umum, ini dialami negara lain," kata Agus.