TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Terletak di kawasan yang sangat dekat dengan Jakarta, pertumbuhan hunian di Depok, Jawa Barat, sangat pesat. Maraknya pembangunan infrastruktur membuat daerah ini makin diminati banyak orang.
Tak heran, pasokan hunian di wilayah tersebut terus mengalir.
Tengok saja, sejak tiga tahun lalu di kawasan Margonda yang jadi jantung Kota Depok terus dibangun apartemen.
Maklum, kawasan ini punya banyak pasar potensial (captive market) yang terdiri dari mahasiswa dan pekerja yang mencari hunian sesuai dengan upah bulanan mereka.
Sebagai daerah penyangga Jakarta, Depok juga punya banyak fasilitas bak kota metropolitan. Misalnya, ada mal serta fasilitas kesehatan dan pendidikan.
Depok pun menjadi buruan karena harga properti di sini tidak semahal Jakarta.
Tidak mengherankan, banyak orang terus melirik hunian di daerah ini, baik apartemen maupun rumah tapak.
Bukan hanya bagi pembeli pertama yang membutuhkan tempat tinggal, juga investor yang tengah mencari cuan di tengah lesunya pasar properti dalam beberapa tahun belakangan.
Ferry Salanto, Senior Associate, Director Research Colliers International Indonesia, bilang, permintaan properti di kawasan tersebut masih tinggi.
Terlebih, Depok juga beken sebagai kota pendidikan lantaran banyak kampus bercokol di daerah ini, baik swasta ataupun negeri.
"Ditambah dengan masih banyaknya lahan kosong di Depok, seiring tingkat urbanisasi yang juga tinggi. Pasar properti residensial masih sangat menjanjikan," kata Ferry.
Menurut Ferry, Depok memiliki kelebihan berupa lingkungan yang masih terjaga asri dan harga properti yang relatif lebih murah dibanding daerah penyangga Jakarta lainnya.
"Tapi, kekurangannya adalah captive market yang sempit karena hanya menyasar mahasiswa dan keluarga muda atau baru," ungkapnya.
Umumnya, Ferry menjelaskan, pangsa pasar properti di Depok dibagi berdasarkan kawasan. Untuk rumah tapak, semua wilayah di Depok merupakan kawasan hunian. Misalnya, Margonda lebih dominan pasar mahasiswa, sementara Cimanggis lebih mengincar pasar keluarga.
Hanya, Ferry menyebutkan, mahasiswa merupakan target pasar terbesar apartemen di Depok.
"Pasar ini menjadi motivasi tersendiri bagi para investor untuk membeli properti di kawasan tersebut," ujar Ferry. Apalagi, pasokan apartemen di Depok juga tidak begitu cepat dibanding daerah lainnya, seperti Tangerang dan Bekasi.
Harga terus naik
Dengan potensi pasar yang cukup menjanjikan dan terbatasnya lahan yang tersedia di kawasan ini, para pengembang pun berduyun-duyun membangun hunian di Depok.
Anton Sitorus, Director, Head of Research & Consultancy Savills Indonesia, mengatakan, tipe apartemen yang paling laku adalah studio, dengan kisaran luas 21 sampai 25 meter persegi.
Untuk harga, kenaikannya cukup pesat karena pasokan lahan makin terbatas.
Kendati demikian, permintaan properti di kawasan ini masih terbilang tinggi. Terlebih, Depok memiliki akses kereta listrik commuter line.
Tambah lagi, ada beberapa proyek infrastruktur sedang dikerjakan, seperti Tol Depok– Antasari dan Cinere–Jagorawi.
"Proyek infrastruktur juga membuat harga properti naik pesat," kata Anton.
Menurut Anton, untuk properti yang tujuannya buat investasi, maka cocok memilih kawasan yang strategis lagi ramai. Salah satunya adalah daerah Margonda yang merupakan jantung Kota Depok.
Di wilayah ini terdapat banyak perguruan tinggi dengan membidik pasar mahasiswa.
Sanggam Sitorus, Project Director Cimanggis City, bilang, Depok memang punya banyak kelebihan sehingga tetap menarik di mata investor dan pembeli pertama. Selain daerah penyangga yang sangat dekat dengan Jakarta, kawasan ini juga masih terbilang asri. "Ditambah, ada ruas tol baru yang sedang dibangun," imbuhnya.
Hunian di Depok tetap menarik buat investor lantaran peluang keuntungan dari biaya sewa yang relatif tinggi.
"Dari harga yang dijual pengembang, masih dapat capital gain tinggi untuk disewakan," sebut Sanggam.
Data Rumah.com menyebutkan, harga properti hunian di Depok secara umum pada kuartal I 2018 mengalami kenaikan sebesar 1,25% dari triwulan sebelumnya. Sementara secara tahunan, dibanding kuartal I 2017, kenaikan harga properti hunian mencapai 2,02%.
Tren ini sepertinya masih akan berlanjut, menyusul pembangunan proyek infrastruktur di daerah ini. Sebut saja, Jalan Tol Ruas Depok–Antasari, Ruas Cinere–Serpong, Cinere–Jagorawi, dan Ruas Cimanggis–Cibitung.
Boy Leonard, Content Marketing ManagerRumah.com, mengatakan, dengan infrastruktur yang terus berkembang, maka pilihan berinvestasi di daerah Depok, baik rumah tapak maupun apartemen sangat cocok.
"Minat berinvestasi properti hunian di Depok tidak akan berkurang," katanya.
Menurut Boy, ada beberapa kawasan di Depok yang mengalami pertumbuhan properti cukup pesat, baik rumah tapak ataupun apartemen.
Misalnya, daerah Margonda, Juanda, dan Sawangan. "Sementara untuk properti kelas menengah ke bawah, lebih banyak di daerah Citayam," ungkap dia.
Baca: Ayu Ting Ting Menjajal Keberuntungan di Industri Film
Data yang dilansir Rumah.com menunjukkan, secara umum pasokan properti di daerah Depok meningkat 27,6% per tahun.
Peningkatan paling pesat di kawasan Margonda untuk apartemen. Sementara di Sawangan dan Citayam, mayoritas adalah rumah tapak.
Hanya kelemahan properti hunian di Depok adalah keterbatasan akses.
"Margonda yang jadi akses utama sudah sangat macet," imbuh Boy.
Yang ingin investasi atau dihuni sendiri, berikut beberapa pilihan proyek hunian baru di daerah Depok:
Cimanggis City
Berada di daerah Cimanggis, Sanggam menuturkan, apartemen ini memang cocok untuk hunian keluarga dan pekerja. "Kebetulan, di daerah apartemen kami ini banyak pabrik besar," ungkapnya.
Membidik pasar keluarga muda dan pekerja, Cimanggis City menyediakan area ruang terbuka lebih lapang untuk memfasilitasi penghuni apartemen yang jadi target mereka.
Tersedia juga kolam renang dan lahan parkir luas.
Cimanggis City merupakan proyek PT Permata Sakti Mandiri.
Lokasi persisnya di Jalan Raya Bogor, di depan Mall Cimanggis.
Sejak rilis Mei 2017 lalu, penjualan menara pertama Cimanggis City sudah mencapai 45% dari total 850 unit. "Sudah sekitar 370 unit yang terjual, sementara tower satunya belum kami pasarkan," kata dia.
Tipe unit yang paling laku adalah studio dengan kisaran luas 21 sampai 36 meter persegi.
Menurut Sanggam, banyak keluarga kecil yang mencari tipe 36.
Sementara karyawan dan investor membidik tipe 21 yang bisa mereka sewakan dengan tarif Rp 2 juta per bulan.
"Harga apartemen kami tipe 21 Rp 275 juta, sementara tipe 36 sekitar Rp 450 juta. Dengan harga segitu, capital gain masih terbuka," jelasnya.
Pasar properti di Depok khususnya di daerah Cimanggis dan Jalan Raya Bogor, Sanggam menilai, belum terlalu jenuh.
Beda dengan kawasan Margonda yang sudah disesaki banyak pemain.
Kondisi ini membuat harga properti di Cimanggis masih terjangkau.
"Beda dengan harga apartemen di Margonda yang sudah mahal," ujar dia.
Podomoro Golf View
Proyek apartemen yang juga terletak di daerah Cimanggis ini adalah garapan PT Graha Tunas Selaras, anak usaha PT Agung Podomoro Land Tbk.
Podomoro Golf View kelak memiliki 25 menara di atas lahan seluas 60 hektare.
Graha Tunas sudah memasarkan lima menara.
Yang terakhir, yang baru meluncur awal tahun ini adalah tower Ekki.
Harga jual perdana Rp 285 jutaan untuk tipe studio ukuran 22 m².
Sementara tipe 3 BRB seluas 52 m² (semigross) Rp 675 jutaan.
Di waktu yang hampir bersamaan, Graha Tunas merilis kluster perumahaan terbaru bernama Podomoro RiverView di kawasan Podomoro Golf View.
Pada tahap pertama, mereka melepas 100 unit dengan harga jual perdana mulai Rp 1,4 miliar untuk tipe 96 m².
Posisi kluster tersebut tepat di sebelah Sungai Cikeas, seberang menara Dahoma.
Salah satu keunggulan Podomoro Golf View adalah, akhir April lalu kawasan hunian ini ditunjuk sebagai Transfer Point Kawasan TOD Gunung Putri.
Di kawasan ini kelak berdiri stasiun kereta ringan (LRT) dan menjadi transfer point bagi sarana transportasi publik lainnya seperti bus.
Tidak hanya itu, Agung Podomoro akhir bulan lalu juga meneken kerjasama dengan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar. Kongsi ini berupa pendirian satu fasilitas pendidikan di Podomoro Golf View.
"Penjualan lahan akan banyak kami lakukan untuk sektor pendidikan di kawasan kami," tutur Indra Antono, Wakil Direktur Utama Agung Podomoro Land.
Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Havid Vebri, RR Putri Werdiningsih