Laporan Reporter Kontan, Ghina Ghaliya Quddus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, ekonomi kuartal II-2018 belum tentu tumbuh sebesar 5,2%. Ada beberapa faktor penyebabnya.
Darmin mengatakan, salah satu yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2018 adalah masa panen produksi pangan yang mundur dari tahun sebelumnya.
Pada 2017, masa panen terjadi pada Maret, sedangkan pada tahun ini terjadi pada April-Mei.
“Karena ada satu hal, walaupun belum tahu dampaknya seberapa banyak. Panen itu tahun lalu Maret,“ kata Darmin di kantornya, Jakarta, Selasa (26/6/2018).
Oleh sebab itu pula saat kuartal I-2018 lalu, Darmin sempat memperkirakan ekonomi tidak tumbuh terlalu tinggi. “Saya sebenarnya sudah bilang dari awal bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 tidak terlalu tinggi. Tapi kemudian orang bilang bahwa saya pesimistis. Karena waktu itu alasannya panen bergerak,” jelasnya.
Baca: SBY Bersyukur, Presiden Jokowi Sendiri yang Serukan Netralitas TNI, Polri dan BIN
Dampak dari pergeseran waktu panen sendiri, menurut Darmin, biasanya tidak terlalu besar pengaruhnya kepada pertumbuhan ekonomi. Namun tetap, pengaruhnya pasti ada.
“Bisa 0,1%, bisa 0,2%,” ucapnya.
Meski demikian, Darmin menyatakan bahwa ekonomi kuartal-II ini bakal terpengaruh positif dari gelaran Pilkada di beberapa daerah. Namun, pengaruhnya cenderung tidak signifikan.
“Besaran pengaruhnya tentu ditentukan seberapa banyak kabupaten juga provinsinya (yang ikut pilkada), yang kami tahu hitung-hitungannya adalah (Pemilu) nasional,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2018 sekitar 5,2%. Hal ini ditandai dengan penerimaan pajak yang tumbuh tinggi.
“Pajak hampir semua sektor usaha mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Jadi, kami harap ekonomi tumbuh 5,2% pada kuartal II-2018,” kata Sri Mulyani.
Ia merinci, penerimaan pajak dari sektor usaha utama seperti Industri Pengolahan dan Perdagangan tercatat tumbuh positif di mana masing-masing tumbuh 15,40% dan 31,43%.
Adapun, secara keseluruhan penerimaan pajak dari sektor pertambangan tumbuh 85,15% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu yang hanya 28,29%.
“Demand dan supply-nya tunjukkan growth cukup baik sehingga kami harap akan tercermin di statistik pertumbuhan ekonomi nanti,” katanya.
Di luar tiga sektor itu, beberapa sektor lainnya juga mencatatkan setoran pajak yang tumbuh dobel digit. Sektor konstruksi dan real estate tercatat tumbuh 16,69%, sektor keuangan tumbuh 14,19%, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 12,88%, dan sektor pertanian tumbuh 30%.