Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai adanya momentum Lebaran dan Pilkada Serentak 2018 yang diprediksi bisa mendongkrak konsumsi, nyatanya belum mampu mendongkrak daya beli masyarakat.
Hal itu terlihat dari tingkat inflasi yang relatif rendah pada Mei - Juni 2018.
Tercatat, tingkat inflasi pada Juni sebesar 0,59 persen secara bulanan, atau naik 0,38 persen dari periode Mei 2018 sebesar 0,21 persen yang dipicu karena naiknya sejumlah indeks pengeluaran di sektor transportasi dan bahan makanan.
Peneliti Indef Esa Suryaningrum mengatakan, tingkat inflasi Lebaran tahun ini merupakan terendah dalam 4 tahun terakhir.
Namun, peningkatan dari bulan sebelumnya cukup tinggi.
"Inflasi Mei 0,21 persen, kemudian melonjak di Juni 0,38 menjadi 0,59 persen. Lonjakannya sangat tajam," kata Esa dalam acara diskusi di Pasar Minggu, Selasa (3/7/2018).
Baca: PT KAI Raup Pendapatan Rp 595 Miliar Saat Musim Mudik 2018
Esa mengungkapkan, inflasi di sektor transportasi tidak bisa dihindari saat momentum arus mudik maupun arus balik Lebaran. Begitu juga halnya dengan inflasi pada bahan makanan karena permintaan yang meningkat.
“Andil kelompok transportasi terhadap inflasi melonjak 0,18 persen menjadi 1,5 persen,” imbuhnya.
Esa menambahkan, meskipun inflasi relatif rendah dibandingkan tahun lalu, tapi lonjakannya sangat tajam dari Mei ke Juni 2018.
“Daya beli masyarakat melemah akibatnya pertumbuhann ekonomi melambat. Jadi, faktor pilkada dan lebaran yang notabene bisa dijadikan mesin untuk mendongkrak ekonomi ternyata belum mampu karena daya belinya tertahan,” katanya.