Laporan Reporter: Grace Olivia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memasuki pertengahan pekan, nilai tukar rupiah masih lunglai. Hari ini, Kamis (19/7/2018) di pasar spot, rupiah tergerus di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) ke level Rp 14.442 atau melemah 0,19% dari posisi di hari sebelumnya.
Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dari Bank Indonesia (BI) juga mencatat rupiah kembali melemah ke level Rp 14.418. Kemarin, kurs rupiah berada di level Rp 14.406 per dollar AS.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menjelaskan, sejatinya, pelemahan rupiah hari ini sudah diekspektasi.
Kendati data domestik masih cukup positif, pasar masih diselimuti sentimen testimoni Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell yang hawkish kemarin.
"Pertumbuhan ekonomi China kuartal kedua turun, Bank Sentral Eropa (ECB) menurunkan ekspektasinya terhadap pertumbuhan Eropa, sementara Inggris masih berkutat dengan Brexit. Tidak heran pasar melarikan dana ke aset yang lebih stabil seperti USD di tengah ketidakpastian saat ini," ujar Reny, Kamis (19/7/2018).
Baca: Masih Ada Tunggakan Pajak Sektor Minerba Senilai Rp 4,5 Triliun
Analis Asia Tradepoints Futures Andri Hardianto menambahkan, keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan juga ikut menekan rupiah.
"Di perdagangan pagi, rupiah sempat stabil karena pasar masih menanti hasil rapat BI. Setelah keputusan, rupiah melemah," kata dia.
Baca: Membesuk SBY di RSPAD, Rizal Ramli Puji Ani Yudhoyono yang Kini Lebih Langsing
Namun, Andri menilai keputusan BI tersebut wajar lantaran suku bunga acuan sudah dikerek dua kali dalam waktu berdekatan.
Dia menambahkan, Yang terpenting BI pada dasarnya tetap berada pada posisi hawkish dan siap menaikkan suku bunga acuan kapan saja saat diperlukan.
"Pelemahan rupiah ini juga tidak sendiri. Hampir seluruh mata uang reginal, bahkan mata uang utama juga melemah karena memang pasar masih mengincar dollar AS," ujar Andri.