News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dirut Inalum Klaim Nilai Divestasi Freeport di Bawah Penawaran McMoran, Bagaimana Hitungannya?

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Utama PT Inalum (Persero).

Laporan Reporter Kontan, Febrina Ratna Iskana

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) mengklaim memperoleh kesepakatan nilai divestasi 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI) lebih rendah dari penawaran yang diajukan Freeport McMoran. 

Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin (BGS) mengatakan setelah due diligence selesai pada April 2018 lalu, Inalum sepakat dengan Rio Tinto dan PTFI terkait nilai divestasi untuk 45,6% saham PTFI senilai US$ 3.8 miliar sehingga kepemiliki Inalum di PTFI akan mencapai 52%.

Angka ini didapat dari perhitungan finansial, due diligence, dan negosiasi.

Angka ini juga lebih rendah dari penawaran PTFI secara resmi kepada pemerintah Indonesia pada tahun 2016 lalu.

Kala itu, PTFI menawari pemerintah Indonesia saham sebesar 10% dengan nilai US$ 1,7 miliar. Saham 10% itu bisa menaikan saham pemerintah Indonesia menjadi sekitar 20% di PTFI.

Baca: Alasan di Balik Mundurnya TGB dari Partai Demokrat

Namun tidak dengan pembagian produksi PTFI karena Freeport hanya menguasai 60% nilai ekonomis PTFI/produksi PTFI.

Sisa 40% masih dikuasai Rio Tinto melalui hak partisipasi atau participating interest (PI).

Baca: Tadi Malam Prabowo dan Amien Rais Bertemu Persaudaraan Alumni 212

Sehingga nilai 60% saham PTFI secara ekonomis sebesar US$ 7,9 miliar.

Jika pemerintah ingin menguasai juga PI Rio Tinto sebesar 40%, maka nilai yang harus dibayar pemerintah mencapai sebesar US$ setara US$ 12.15 miliar.

"Angka itu yang ditawarkan Freeport ke pemerintah Indonesia pada tahun 2016. Kita dapat US$ 3,85 miliar, dibawah angka US$ 12.5 miliar penawaran mereka," jelas Budi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (23/7/2018).

Selain berhasil mendapatkan nilai divestasi yang lebih murah, Budi juga bilang dengan membayar US$ 3,8 miliar, Inalum diproyeksi bisa mendapatkan EBITDA US$ 4 miliar dan laba setelah pajak sekitar US$ 2 miliar.

"Kalau beli US$ 3,85 miliar, cadangan yang ada terbukti mencapai US$ 150 milair, laba setelah pajak US$ 2 miliar, dalam empat tahun investasi ini bisa membaik kembali,"katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini