Laporan Reporter Kontan, Grace Olivia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga emas dunia terus menukik tajam. Solidnya data perekonomian Amerika Serikat (AS) membuat nilai tukar dollar AS kat terus naik dan menekan harga emas.
Selain itu, permintaan global terhadap komoditas kuning ini pun kian melemah.
Jumat (3/8/2018) kemarin, per pukul 17.00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember 2018 di Commodity Exchange berada di posisi US$ 1.215,70 per ons troi, turun 0,36% dibandingkan hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga komoditas ini tercatat melorot 1,38%.
Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, sepanjang tahun ini emas telah kehilangan daya tariknya sebagai salah instrumen safe haven.
"Kondisi ini terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi AS yang makin solid, sehingga, meski sentimen perang dagang masih ada, pelaku pasar cenderung tetap memburu dollar sebagai aset lindung nilainya," ujarnya.
Baca: Artis Sinetron Cantik Ini Jadi Bintang-nya SPG di Booth Suzuki
Sepanjang pekan ini banyak data ekonomi Negeri Paman Sam yang dirilis.
Sebagian besar menunjukkan hasil positif. Hal ini memperkuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga AS pada September dan Desember 2018.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi AS di kuartal-II cukup signifikan. Data ketenagakerjaan AS pekan ini juga cukup positif.
Misalnya, data klaim pengangguran dirilis lebih kecil dari ekspektasi, yaitu hanya 218.000 klaim.
Baca: Nggak Perlu Malu, Artis Film Ini Jadi SPG di GIIAS 2018: Berapa Bayarannya?
Tak hanya itu, permintaan emas juga meredup. Mengutip data World Gold Council (WGC), Deddy memaparkan, permintaan emas global turun 6% secara tahunan (yoy) hingga akhir Juni lalu.
Permintaan emas global turun menjadi hanya 1.959,9 ton dari 2.086,5 ton pada periode yang sama di tahun lalu. Ini merupakan total permintaan emas global terendah sejak 2009.
"Cadangan emas di bank-bank sentral juga turun sekitar 7%. Artinya, perhatian pelaku pasar saat ini memang lebih tertuju ke dollar AS," kata dia.
Dengan posisi dollar AS yang stabil menguat, Deddy berpendapat, sulit bagi harga emas untuk bisa naik tajam. Ia memprediksi pelemahan harga emas masih berpotensi berlanjut hingga akhir tahun, kendati permintaan biasanya lebih ramai pada masa jelang tutup tahun.
Ia pun memprediksi, harga emas akan berada dalam rentang US$ 1.150–US$ 1.180 per ons troi di akhir 2018 nanti.