TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Performa rupiah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) tampaknya masih bertenaga. Pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (7/8), kurs rupiah ditutup menguat 0,25 persen ke level Rp 14.442 per dollar AS.
Namun, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia justru tercatat melemah tipis dari Rp 14.481 menjadi Rp 14.485 per dollar AS.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menilai, penguatan rupiah hari ini terjadi seiring dengan hampir seluruh mata uang lainnya terhadap dollar AS. "Hari ini indeks dollar mengalami koreksi cukup dalam, tapi lebih karena aksi profit taking," kata Lukman, Selasa (7/8).
Mengutip Bloomberg, indeks dollar per pukul 15.59 WIB berada di level 95,133 atau turun 0,24 persen dari sebelumnya 95,358.
Pelemahan indeks dollar, tambah Lukman, juga disebabkan oleh mulai sepinya data perekonomian reguler AS yang pekan lalu sudah banyak dirilis.
Sementara, dari dalam negeri sendiri, Lukman menilai sentimen positif dari rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal-II yang meningkat tidak begitu berpengaruh signifikan dan berlangsung lama.
"Data pertumbuhan ekonomi memang bagus, tapi tidak berkolerasi langsung dengan rupiah. Data inflasi, suku bunga, dan kondisi neraca dagang maupun transaksi berjalan tetap yang menjadi faktor utama untuk pergerakan rupiah," jelas dia.
Baik besok hingga akhir pekan ini, Lukman berpendapat, tidak ada sentimen dari data perekonomian yang signifikan menggerakkan rupiah. Terdekat ialah Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang digelar pada pekan depan, Rabu (18/8) nanti.
Namun, ia meyakini tenaga mata uang Garuda masih akan terjaga hingga perdagangan besok, Rabu (8/8). Lukman memproyeksi, besok, rupiah masih akan menguat dan bergerak dalam rentang Rp 14.400 - Rp 14.450 per dollar AS.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: Rupiah berpotensi lanjutkan penguatan besok