Pertemuan Prabowo dengan Pimpinan Perusahaan di Inggris Diungkap Pengusaha, Ini Hasilnya
Perkembangan sektor-sektor prioritas di Indonesia, antara energi terbarukan, kendaraan listrik (EV), dan industri hilir.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Inggris pada 20-22 November 2024.
Dalam kunjungan tersebut, berlangsung sejumlah diskusi yang membahas carbon market, peluang investasi dan climate financing.
Satu di antaranya kegiatan roundtable di London yang membahas peluang pasar karbon di Indonesia.
Ajang ini mempertemukan para CEO dari 19 perusahaan Inggris terkemuka untuk mendengar langsung dari Presiden Prabowo mengenai prioritas pemerintahan Indonesia mendorong investasi dan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
Baca juga: Menteri Rosan Bicara Peluang Investasi Sektor Prioritas di Depan 150 Pimpinan Perusahaan Inggris
Pertemuan ini juga sekaligus menjajaki berbagai bidang, dimana kerja sama antar industri bisa berlangsung secara lebih lanjut, peluang investasi dan bagaimana mencapai pertumbuhan berkelanjutan.
Komunitas bisnis di Inggris yang hadir menyatakan minat terhadap berbagai sektor prioritas di Indonesia, termasuk transisi energi, infrastruktur, pendidikan dan kesehatan.
Standard Chartered Indonesia, yang diwakili Rino ‘Donny’ Donosepoetro, Cluster CEO, Indonesia & ASEAN Markets (Australia, Brunei and the Philippines), Standard Chartered turut terlibat dalam diskusi panel bertajuk “Memanfaatkan Potensi Indonesia dalam Industri Hilir dan Energi Terbarukan untuk Masa Depan Berkelanjutan”.
Dalam forum tersebut, Donny menggarisbawahi perkembangan sektor-sektor prioritas di Indonesia, antara energi terbarukan, kendaraan listrik (EV), dan industri hilir.
Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap transformasi ekonomi sekaligus upayanya mencapai target net-zero pada tahun 2060.
"Indonesia membutuhkan investasi sebesar 235 miliar dolar AS pada tahun 2030 untuk dapat bertransisi ke bauran energi yang lebih bersih," ujar Donny dalam keterangannya, Kamis (28/11/2024).
Sementara itu, Donny menyebut, industri hilir di Indonesia harus mampu menarik investasi sebesar 600 miliar dolar AS untuk mengolah 26 komoditas utama seperti nikel, tembaga, dan timah.
"Sektor-sektor ini memegang peranan penting untuk masa depan perekonomian Indonesia, namun kerap menemui sejumlah kendala, terutama dalam mendapatkan pendanaan, mendorong penyelarasan kebijakan, dan memastikan pembangunan berkelanjutan," tuturnya.