Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar sempat menyentuh angka Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (4/9/2018).
Pengamat ekonomi Internasional sekaligus President and Group Head ASEAN International Advocacy, Shanti Ramchand Shamdasani memprediksi laju kurs rupiah akan berada di kisaran Rp 14.700 hingga Rp 15.000.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga dia prediksi akan kembali menguat di akhir tahun di level Rp 13.000.
"Akan stabil di Rp 14.700 sampai Rp 15.000 dan bisa lebih turun juga ke Rp 13.000 di akhir tahun," kata Santi saat menggelar konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (5/9/2018).
Penguatan rupiah di akhir tahun akan terjadi karena tingginya perputaran uang olleh momen libur Natal dan tahun baru.
Dimulainya kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden juga dia nilai akan meningkatkan perputaran uang karena meningkatnya belanja logistik untuk kampanye seperti kaos, spanduk, hingga stiker.
Baca: Hari Ini Bank-bank Besar Sudah Jual Dolar di Level Rp 15.000
"Alasannya ada spending, ada suntikan dana yang bantu ekonomi riil. Kampanye sudah mulai, itu jalan semua, spanduk, stiker, kaos. Jadi uang berputar. Yang kita ingin, kan perputaran uang," ungkap Shanti.
Untuk menjaga ekonomi nasional, Santi menyarankan agar masyarakat membantu dengan membelanjakan uang sehingga transaksi terus berjalan.
Sedangkan untuk pemerintah disarankan untuk membuat batasan penukaran uang jika ada yang ingin menukar rupiah ke dolar AS.
"Belanjakan uang anda. Kalau orang menahan duit, maka tidak berputar. Orang juga punya penghasilan buat belanja. Harus ada kerjaan. Ini harus ada ekonomi riil. Pemerintah keluarkan UU dalam sehari dolar tidak boleh dalam jumlah sekian," ucap Shanti.