Salah satunya, Muji mengikuti lomba wirausaha. Dia pun menang sebagai juara pertama dan mendapat suntikan modal Rp 1 miliar. Dengan uang itu, ia membeli mesin baru dan memperbaiki tempat produksi.
Meski tak lagi bingung masalah modal, kendala yang dihadapinya kini adalah keterbatasan produksi.
Dampaknya, saat ada pesanan dalam jumlah besar Mujiati mau tak mau harus menolaknya. Dia mengaku, pernah menolak order dari Mongol dan Belanda.
Lantas, Muji pun berencana untuk membangun pabrik sambal baru di area Jombang, Jawa Timur. Ia ingin pabrik punya kapasitas produksi yang besar supaya tak lagi menolak pesanan yang datang.
Selain itu, pembangunan pabrik tersebut dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ibu-ibu rumah tangga disekitar lokasi pabrik.
Di bisnisnya ini Muji selalu melibatkan para ibu rumah tangga disekitar lokasi produksi. Pekerjaannya cukup sederhana, seperti mengupas kulit bawang atau petik cabai. Tujuannya, untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Dia pun berharap Pemerintah Kota Surabaya memberikan perhatian dengan memberi bantuan mesin untuk membantunya meningkatkan jumlah produksi.
"Dengan begitu roda usaha saya bisa lebih kencang lagi dan skala usahanya meningkat dari usaha kecil menjadi menengah, serta membuka lapangan pekerjaan lebih besar," tegasnya.
Meski pemain sambal sudah menjamur di dalam dan luar Surabaya, Muji tetap santai. Menurutnya dengan adanya pesaing usaha akan membuatnya lebih kreatif untuk menciptakan resep atau menu baru.
Promosi offline dan online melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook masih rajin dia lakukan. "Ini untuk mengundang konsumen baru yang berada di luar kota," tegasnya.